Kamis, 25 November 2010

MAKALAH PAJAK DAN RETRIBUSI

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1      LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan minyak bumi dan gas semakin langka. Padahal migas tersebut sangat penting bagi kemajuan Negara kita karena keduanya merupakan sumber penerimaan Negara. Namun kini dengan adanya kelangkaan, sumber penerimaan Negara beralih sumber menjadi berasal dari pajak. Kebanyakan orang enggan berhubungan dengan pajak, karena mereka harus membayar tarif pajak sesuai dengan objek yang dikenakan. Mungkin mereka tidak menyadari, dengan membayar pajak kita akan memperoleh manfaat, diantaranya untuk  korban bencana alam, Subsidi, Kelestarian Budaya, Pendidika, Dana alokasi umum, Fasilitas dan infrastruktur, Penegakan Hukum, APBN yang sebagian besar dari pajak, Transportan umum, Pilkada dan lain-lain.
Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa yang sudah mengetahui pajak harus bisa memenuhi kewajiban perpajakan demi kemajuan Negara kita, apalagi setelah mendapat penghasilan kelak.

1.2      IDENTIFIKASI MASALAH
Sesuai dengan tema “Reformasi Perpajakan”, maka permasalahannya dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.    Perlunya memahami dan memenuhi keawiban perpajakan
2.    Bagaimana perubahan tarif pajak dari tahun ke tahun
3.    Apa manfaat yang diperoleh dengan memenuhi kewajiban perpajakan

1.3      MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan penyusun membuat makalah I” REformasi Perpajakan” adalah sebagai berikut :
1.    Memberikan informasi mengenai perpajakan di Indonesia
2.    Mengetahui manfaat yang diperoleh dengan memenuhi kewajiban perpajakan

1.4      PEMBATASAN MASALAH
Dalam menguraikan masalah, penulis membatasi hal-hal sebagai berikut :
1.    Pembahasan mengenai pengertian pajak dan perubahan tarif
2.    Tata cara perpajakan
3.    Keuntungan yang diperoleh setelah memenuhi kewajiban perpajakan

1.5      RUMUSAN MASALAH
1.    Apakah pajak itu ?
2.    Siapa yang harus membayar pajak ?
3.    Mengapa harus membayar pajak ?
4.    Apakah manfaat yang diperoleh dengan membayar pajak ?

 
BAB 2
PEMBAHASAN

A.        Pengertian Pajak dan Retribusi
Sebelum kita mengetahui bagaimana modernisasi perpajakan Indonesia, terlebih dahulu kita pahami apa pengertian pajak itu sendiri. Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemamkuran rakyat.
Mengenai pajak, kadangkala orang menyamakan pengertian dengan retribusi. Padahal keduanya berlainan makna. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Contohnya retribusi parkir, retribusi sampah.
Dari definisi diatas dapat kita ambil kesimpulan mengenai perbedaan antara pajak dan retribusi sebagai berikut :
1.      Pajak tidak memperoleh imbal balik secara langsung, sedangkan retribusi memperoleh imbal balik secara langsung.
Contohnya adalah sebagai berikut:
Bila kita membayar Pajak Penghasilan (PPh) kita tidak mendapatkan apapun, namun secara tidak langsung kita telah membantu pembangunan di negara kita, sedangkan bila kita membayar retribusi sampah maka secara langsung sampah kita akan diangkut oleh dinas kebersihan.
2.    Pajak dapat dipaksakan, sedangkan retribusi tidak.
Contohnya adalah sebagai berikut:
Bila kita memiliki kendaraan bermotor maka setiap tahunnya kita wajib membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) bila kita tidak membayar, maka kendaraan kita bisa disita oleh pihak yang berwajib, sedangkan bila kita tidak membayar retribusi sampah, maka dinas kebersihan tidak akan memaksakan,hanya saja kita tidak memperoleh pelayanan pengangkutan sampah dari mereka.

B.        Manfaat Uang Pajak
          Banyak orang menghindari bahkan tidak mau mendengar istilah pajak karena mereka harus membayar tarif yang dikenakan atas barang dan jasa yang mereka peroleh. Mungkin mereka belum menyadari bahwa dengan membayar pajak mereka mendapatkan manfaat sebagai berikut :
1.   Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara
Biaya yang diperoleh untuk menjalankan tugas rutin dan pembangunan Negara berasal dari penerimaan pajak., diantaranya belanja pegawai, belanja barang pemeliharaan dan lainnya.
2.   Pajak merupakan salah satu alat pemerataan
Penerimaan pajak dipergunakan untuk membiayai proyek terutama untuk sarana peribadatan , sarana pendidikan, sarana transportasi, sarana kesehatan, sarana perhubungan, sarana pertahanan/keamanan dan sebagainya
3.   Pajak merupakan salah satu alat untuk mendorong investasi
Sisa dana yang dipergunakan untuk membiayai pengeluaran Negara (rutin) dipakai sebagai Tabungan Pemerintah.

C.        Penggolongan Pajak
Menurut lembaga pemungutannya dibagi menjadi dua, yaitu :
3.    Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat (dalam hal ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak) guna membiayai rumah tangga pemerintahan pusat dan tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Besaran pajak pusat ditetapkan melalui undang-undang dan PP/Perpu.Jenis-Jenis Pajak Pusat :
1.    Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap wajib pajak yang memiliki penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan tau jabatan, jasa.
2.    Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak pertambahan nilai atas barang dan jasa.
3.    Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah
4.    Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
5.    Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
6.    Bea Materai

1.      Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah / Dispenda) yang digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah daerah dan tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Besaran dan bentuk pajak daerah ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda).
Contoh Pajak Daerah:
1.    Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
2.    Pajak Hotel dan Restoran
3.    Pajak Hiburan dan tontonan
4.    Pajak Reklame
5.    Pajak Penerangan Jalan
6.    Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)


 
SEKILAS MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN

"Change is the law of life, and those who look only to the past or the present are certain to miss the future." (John Fitzgerald Kennedy)
Semenjak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah meluncurkan program perubahan (change program) atau reformasi administrasi perpajakan yang secara singkat biasa disebut Modernisasi. Adapun jiwa dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan good governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. Strategi yang ditempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para wajib pajak. Jika program modernisasi ini ditelaah secara mendalam, termasuk perubahan-perubahan yang telah, sedang, dan akan dilakukan, maka dapat dilihat bahwa konsep modernisasi ini merupakan suatu terobosan yang akan membawa perubahan yang cukup mendasar dan revolusioner.
Untuk mewujudkan itu semua, maka program reformasi adminsitrasi perpajakan perlu dirancang dan dilaksanakan secara menyeluruh dan komprehensif. Perubahan-perubahan yang dilakukan meliputi bidang-bidang berikut:
§  Struktur organisasi
§  Business process dan teknologi informasi dan komunikasi
§  Manajemen sumber daya manusia
§  Pelaksanaan good governance


A.   ORGANISASI STRUKTUR
Untuk melaksanakan perubahan secara lebih efektif dan efisien, sekaligus mencapai tujuan organisasi yang diinginkan, penyesuaian struktur organisasi DJP merupakan suatu langkah yang harus dilakukan dan sifatnya cukup strategis. Lebih jauh lagi, struktur organisasi harus juga diberi fleksibilitas yang cukup untuk dapat selalu menyesuaikan dengan lingkungan eksternal yang sangat dinamis, termasuk perkembangan dunia bisnis dan teknologi.
Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi DJP perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun di level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan Wajib Pajak, ke tiga jenis kantor pajak yang ada, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dengan demikian Wajib Pajak cukup datang ke satu kantor saja untuk menyelesaikan seluruh masalah perpajakannya. Struktur berbasis fungsi diterapkan pada KPP dengan system administrasi modern untuk dapat merealisasikan debirokratisasi pelayanan sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap Wajib Pajak secara lebih sistematis berdasarkan analisis resiko. Unit vertikal DJP dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib Pajak, yaitu KPP Wajib Pajak Besar (LTO - Large Taxpayers Office), KPP Madya (MTO - Medium Taxpayers Office), dan KPP Pratama (STO - Small Taxpayers Office). Dengan pembagian seperti ini, diharapkan strategi dan pendekatan terhadap wajib pajakpun dapat disesuaikan dengan karakteristik Wajib Pajak yang ditangani, sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih optimal. Khusus di kantor operasional, terdapat posisi baru yang disebut Account Representative, yang mempunyai tugas antara lain memberikan bantuan konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak, memberitahukan peraturan perpajakan yang baru, dan mengawasi kepatuhan wajib pajak. Untuk lebih memberikan rasa keadilan bagi Wajib Pajak, seluruh penanganan keberatan dilakukan oleh Kantor Wilayah yang merupakan unit vertikal di atas KPP yang menerbitkan surat ketetapan pajak sebagai hasil dari pemeriksaan pajak. 
Struktur Kantor Pusat DJP (KP DJP) ikut disesuaikan berdasarkan fungsi agar sesuai dengan unit vertikal di bawahnya. Ke depannya KP DJP dirancang sebagai  Pusat Analisis dan Perumusan Kebijakan (Center of Policy Making and Analysis) atau hanya menjalankan tugas dan pekerjaan yang sifatnya non operasional. Untuk mengantisipasi perkembangan dunia bisnis yang begitu cepat, maka dibentuk direktorat transformasi yang bertugas untuk selalu melakukan pemikiran dan perbaikan di bidang business process, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, serta penyempurnaan organisasi dan sumber daya manusia. Untuk itu struktur KP DJP dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu direktorat yang menangani day-to-day operation (1 sekretariat + 9 direktorat), dan direktorat yang menangani pengembangan/transformasi (3 direktorat). Untuk memperkuat beberapa fungsi yang dianggap penting, maka dibentuk beberapa direktorat baru untuk menangani intelijen dan penyidikan perpajakan, ekstensifikasi perpajakan, dan hubungan masyarakat (public relations), serta beberapa subdirektorat baru yang menangani penelitian perpajakan, kepatuhan internal, dan transfer pricing.
Mengingat besarnya skala perubahan yang akan dilakukan dalam program ini dan adanya keterbatasan resources yang dimiliki, termasuk di antaranya keuangan, sumber daya manusia (SDM), dan infrastuktur, maka implementasi program modernisasi pada kantor operasional pajak harus dilakukan secara bertahap. Sebagai tahap pertama, dibentuk Kantor Wilayah (Kanwil) dan 2 KPP WP Besar pada bulan Juli 2002 untuk mengadministrasikan 300 Wajib Pajak Badan terbesar di seluruh Indonesia sebagai pilot project. Karena program modernisasi yang diterapkan pada KPP WP Besar dianggap cukup berhasil, maka konsep yang kurang lebih sama dicoba untuk diterapkan pada KPP lain secara bertahap, di mana sampai dengan akhir 2007, 22 Kanwil dan 202 KPP (3 KPP WP Besar, 28 KPP Madya, dan 171 KPP Pratama) telah berhasil dimodernisasi. Pada akhir 2006, struktur organisasi KP DJP disempurnakan bersamaan dengan penerapan sistem administrasi modern. Pada tahun 2008, seluruh kantor di luar Jawa dan Bali akan dimodernisasi dengan dibentuknya 128 KPP Pratama untuk menggantikan seluruh kantor pajak yang ada di daerah tersebut.
 
B.               BUSINESS PROCESS dan TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Kunci perbaikan birokrasi yang berbeli-belit adalah perbaikan business process, yang mencakup  metode, sistem, dan prosedur kerja. Untuk itu, perbaikan business process merupakan pilar penting program modernisasi DJP, yang diarahkan pada penerapan full automation dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama untuk pekerjaan yang sifatnya klerikal. Diharapkan dengan full automation, akan tercipta suatu business process yang efisien dan efektif karena administrasi menjadi cepat, mudah, akurat, dan paperless, sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap Wajib Pajak, baik dari segi kualitas maupun waktu. Business process dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi kontak langsung pegawai DJP dengan Wajib Pajak untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya KKN. Di samping itu, fungsi pengawasan internal akan lebih efektif dengan adanya built-in control system, karena siapapun dapat mengawasi bergulirnya proses administrasi melalui sistem yang ada.
Langkah awal perbaikan business process adalah penulisan dan dokumentasi  Standard Operating Procedures (SOP) untuk setiap kegiatan di seluruh unit DJP. Sampai dengan akhir tahun 2007, sekitar 1900 SOP di lingkungan DJP telah berhasil diidentifikasikan, ditulis, dan dijadikan acuan pelaksanaan tugas dan pekerjaan bagi para pegawai. Selain penulisan SOP, perbaikan business process dilakukan antara lain dengan penerapan e-system dengan dibukanya fasilitas e-filing (pengiriman SPT secara online melalui internet), e-SPT (penyerahan SPT dalam media digital), e-payment (fasilitas pembayaran online untuk PBB), dan e-registration (pendaftaran NPWP secara online melalui internet). Semua fasilitas tersebut diciptakan guna memudahkan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Untuk sistem administrasi internal saat ini terus dilakukan pengembangan dan penyempurnaan Sistem Informasi DJP (SIDJP). Salah satu fitur penting sistem tersebut adalah case management dan workflow system yang digunakan untuk administrasi persuratan, proses pelayanan, serta pengadministrasian account Wajib Pajak. Sistem informasi manajemen internal seperti Sistem Kepegawaian, Sistem Informasi Keuangan dan Akuntansi, Sistem Pelaporan, dan Key Performance Indicator (KPI) juga terus dikembangkan.
Untuk kegiatan law enforcement, dikembangkan program pemeriksaan berbasis analisis resiko (risk analysis), sehingga sumber daya yang ada dapat secara efektif melakukan pemeriksaan berdasarkan skala prioritas dengan membuat segmentasi resiko yang dihadapi. Untuk menerapkan keadilan bagi seluruh Wajib Pajak dan besarnya potensi yang dapat digali, maka DJP meluncurkan program penggalian potensi Wajib Pajak non-filer, yaitu Wajib Pajak yang berhenti mengirimkan SPT. Masih dalam dalam rangka law enforcement, DJP juga mengembangkan sistem yang dapat menghimpun berbagai data dari pihak ketiga yang terkait dengan tugas DJP dalam menghimpun penerimaan negara, yang dinamakan Third Party Data Project. Di samping itu, guna menjadikan fungsi penagihan lebih efektif dan efisien, saat ini juga tengah dikembangkan dan dilaksanakan program Debt Management Project.

C.               MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
Departemen Keuangan secara keseluruhan telah meluncurkan program Reformasi Birokrasi sejak akhir tahun 2006. Fokus program reformasi ini adalah perbaikan sistem dan manajemen SDM, dan direncanakan perubahan yang dilakukan sifatnya lebih menyeluruh. Hal ini perlu dan mendesak untuk dilakukan, karena disadari bahwa elemen yang terpenting dari suatu sistem organisasi adalah manusianya. Secanggih apapun struktur, sistem, teknologi informasi, metode dan alur kerja suatu organisasi, semua itu tidak akan dapat berjalan dengan optimal tanpa didukung SDM yang capable dan berintegritas. Harus disadari bahwa yang perlu dan harus diperbaiki sebenarnya adalah sistem dan manajemen SDM, bukan semata-mata melakukan rasionalisasi pegawai, karena sistem yang baik dan terbuka dipercaya akan bisa menghasilkan SDM yang berkualitas. Diharapkan ke depannya DJP dengan system administrasi perpajakan modern akan dapat didukung oleh sistem SDM yang berbasis kompetensi dan kinerja.
Sebelum melakukan langkah perbaikan di bidang SDM, DJP melakukan pemetaan kompetensi (Competency Mapping) untuk seluruh 30.000 pegawai DJP guna mengetahui sebaran kuantitas dan kualitas kompetensi pegawai. Meskipun program mapping ini masih terbatas mengidentifikasikan ‘soft’ competency saja, tetapi informasi yang didapat cukup membantu DJP dalam merumuskan kebijakan kepegawaian yang lebih fair. Kemudian seluruh jabatan harus dievaluasi dan dianalisis untuk selanjutnya ditentukan job grade dari masing-masing jabatan tersebut. Selanjutnya beban kerja dari masing-masing jabatan tersebutpun dianalisis yang kemudian dikaitkan juga dengan pengembangan sistem pengukuran kinerja masing-masing pegawai. Sebagai catatan, pembuatan dan dokumentasi SOP untuk seluruh proses pekerjaan dapat dimanfaatkan juga sebagai standar penilaian kinerja. Secara bersamaan dilakukan penilaian terhadap seluruh pegawai secara lebih obyektif dan konsisten sekaligus standar kompetensi jabatannya melalui proyek assessment center. Selisih (gap) antara hasil penilaian pegawai dengan standar kompetensi jabatan yang didudukinya dijadikan dasar perancangan program capacity building (termasuk pendidikan dan pelatihan) yang lebih fokus dan terarah. Saat ini, DJP sedang mengembangkan berbagai program pelatihan melalui metode Adult Learning Principles.
Semua itu nantinya akan dimanfaatkan untuk membuat sistem jenjang karir, khususnya sistem mutasi dan promosi, serta sistem remunerasi yang lebih jelas, adil, dan akuntabel. Dengan sistem dan manajemen SDM yang lebih baik dan terbuka akan dapat menghasilkan SDM yang juga lebih baik, khususnya dalam hal produktivitas dan profesionalisme. Dapat dilihat bahwa perbaikan remunerasi hanyalah salah satu bagian akhir dari program reformasi birokrasi yang sebelumnya didahului dengan perbaikan di berbagai bidang yang dapat meningkatkan efektivitas dan akuntabilitas sistem manajemen sumber daya manusia.
Mengingat strategis dan besarnya skala perbaikan sistem dan manajemen SDM, maka dirasa perlu untuk membentuk suatu unit khusus dengan level eselon III di KP DJP untuk menangani pengembangan sistem manajemen SDM, pengembangan kapasitas serta pengukuran kinerja, di samping Bagian Kepegawaian yang memang mempunyai tugas melakukan pembuatan kebijakan dan implementasi di bidang kepegawaian. Diharapkan, dengan makin transparan dan fairnya sistem mutasi, promosi, dan remunerasi, DJP dapat menerapkan kebijakan “right man in the right place”, di mana seorang pegawai dapat menempati suatu jabatan yang tepat sesuai dengan keahliannya, dan sebaliknya suatu jabatan diisi oleh pegawai yang tepat sesuai dengan standar kompetensinya.

D.               PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE
Elemen terakhir adalah pelaksanaan good governance, yang seringkali dihubungkan dengan integritas pegawai dan institusi. Suatu organisasi berikut sistemnya akan berjalan dengan baik manakala terdapat rambu-rambu yang jelas untuk memandu pelaksanaan tugas dan pekerjaannya, serta yang lebih penting lagi, konsistensi implementasi rambu-rambu tersebut. Dalam praktek berorganisasi, good governance biasanya dikaitkan dengan mekanisme pengawasan internal (internal control) yang bertujuan untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan ataupun penyelewengan dalam organisasi, baik itu dilakukan oleh pegawai maupun pihak lainnya, baik disengaja maupun tidak.
DJP dengan program modernisasinya senantiasa berupaya menerapkan prinsip-prinsip good governance tersebut. Salah satunya adalah dengan cara pembuatan dan penegakan Kode Etik Pegawai yang secara tegas mencantumkan kewajiban dan larangan bagi para pegawai DJP dalam pelaksanaan tugasnya, termasuk sanksi-sanksi bagi setiap pelanggaran Kode Etik Pegawai tersebut. Selain itu pemerintah telah menyediakan berbagai saluran pengaduan yang sifatnya independen untuk menangani pelanggaran atau penyelewengan di bidang perpajakan, seperti Komisi Ombudsman Nasional. Dalam lingkup internal DJP sendiri, telah dibentuk dua Subdirektorat yang khusus menangani pengawasan internal di bawah Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur, yaitu Subdirektorat Kepatuhan Internal yang sifatnya lebih ke pencegahan (preventif) dan Subdirektorat Investigasi Internal yang sifatnya lebih ke pengusutan dan penghukuman (reaktif). Lebih jauh lagi, pembentukan complaint center di masing-masing Kanwil modern untuk menampung keluhan Wajib Pajak merupakan bukti komitmen DJP untuk selalu meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajaknya sekaligus pengawasan bagi internal DJP.
Sebenarnya good governance tidak hanya terbatas pada masalah integritas, tetapi juga menyangkut efisiensi dan efektivitas, serta profesionalisme dan akuntabilitas organisasi. Salah satu contoh konkritnya adalah penerapan manajemen organisasi modern melalui pembuatan dan penerapan siklus perencanaan, implementasi, dan evaluasi, yang disertai alat ukur yang jelas untuk menilai keberhasilan program tersebut. Alat ukur tersebut dapat berupa Key Peformance Indicators (KPI) untuk aktivitas rutin organisasi, atau Policy Measures untuk kebijakan baru. Dalam ilmu manajemen dikenal ungkapan “what gets measured, gets managed”. Sejak tahun 2005, DJP telah mencoba menetapkan beberapa KPI untuk mengukur kinerja kantor operasionalnya selain variabel penerimaan perpajakan yang biasa dipakai. Untuk tahun 2008, DJP telah menyusun strategic plan organisasi yang lebih komprehensif dengan memakai konsep balanced score card.
Sebagai bagian dari evaluasi kinerja, kantor pajak modern selalu mengadakan survey kepuasan WP setiap tahunnya, dengan hasil yang sangat positif. Akan tetapi sebagian masyarakat maupun stakeholders meragukan hasil survey internal dengan alasan bias, kurang obyektif, adanya unsur ketakutan responden, dsb. Untuk itu sejak tahun 2005, DJP mencoba mengadakan survey yang lebih obyektif dengan menggunakan lembaga survey independen, yaitu AC Nielsen, dan tidak dibiayai oleh DJP, melainkan disponsori oleh AusAID. Metode Survey Persepsi Kepuasan Wajib Pajak yang digunakan adalah pengisian kuesioner melalui 2 tahap, yaitu tahap kualitatif dan kuantitatif, yang kemudian hasilnya dikonversikan menjadi suatu nilai yang disebut EQ Index. Survey telah dilakukan untuk WP di lingkungan Kanwil WP Besar, Kanwil DJP Jakarta Khusus yang mengadministrasikan perusahaan PMA, Perusahaan Go Public, Badan dan Orang Asing, serta BUMN (ketika survey dilakukan KPP BUMN masih berada di bawah Kanwil ini), KPP Madya di Batam dan Jakarta Pusat, serta KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat. Hasilnya selengakapnya dapat dilihat sebagai berikut:
 
E.               MANFAAT MODERNISASI BAGI WAJIB PAJAK
Secara singkat, program modernisasi diharapkan dapat memberi manfaat bagi Wajib Pajak sebagai berikut :
§  Pelayanan yang lebih baik, terpadu, dan personal, melalui:
ü  Konsep One Stop Service yang melayani seluruh jenis pajak (PPh, PPN, PBB & BPHTB)
ü  Adanya tenaga Account Representative (AR) dengan tugas antara lain :
-          konsultasi untuk membantu segala permasalahan WP
-          mengingatkan WP atas pemenuhan kewajiban perpajakannya
-          update atas peraturan perpajakan yang terbaru
ü  Pemanfaatan IT secara maksimal: email, e-SPT, e-filing, dll
ü  SDM yang profesional
-          adanya fit and proper test dan competency mapping
-          pelaksanaan kode etik yang tegas dan konsisten
-          pemberian tunjangan khusus (peningkatan remunerasi)
ü  Pemeriksaan yang lebih terbuka dan profesional dengan konsep spesialisasi
  • Penerapan dan penegakan  GOOD GOVERNANCE di semua lini

BAB 3 PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
3.2  SARAN

PERSONAL BRANDING

personal branding adalah proses dimana seseorang dan karirnya dimerekan sebagai satu brand. Brand sendiri dapat diartikan sebagai penyimbolan segala sesuatu yang berhubungan dengan informasi mengenai suatu perusahaan, produk atau jasa (sumber wikipedia). Layaknya branding suatu produk, personal branding bertujuan untuk membangun asosiasi dan harapan konsumen terhadap diri kita. Kalau selama ini yang kita tau jualan itu produk atau servis (hard selling), maka personal branding adalah ‘menjual’ diri kita (ups bukan psk lho..).
Blog memang sarana yang tepat untuk membangun branding seseorang secara online. Disini yang dijual adalah
1. feature selling, menjual apa yang ada di dirinya.
2. benefit selling, memberikan manfaat yang akan diterima oleh pembaca blognya.
3. Dan terakhir memberikan solusi kepada para membernya, disebut sebagai solution selling.
Feature selling, benefit selling dan solution selling disebut dengan soft selling.
Dalam melakukan soft selling tersebut kita tidak mendapatkan hasil secara materi di depan langsung. Akan tetapi kita akan dapat hasil secara tidak langsung, bisa dari belakang, dari samping dan dari penjuru yang kita tidak ketahui awalnya. Dari menjual soft selling tersebut, secara efek domino, apa pun yang kita jual akan turut bertumbuh. Apa pun yang kita tawarkan kepada para pembaca blog kita, yang sudah memperoleh soft selling kita tersebut, akan turut dibelinya. (dari blog tangandiatas).
Menurut Chris Brogan beberapa hal yang harus kita ingat dalam melakukan personal branding online adalah adanya kemauan yang kuat dalam diri kita untuk melakukan personal branding, menjadi diri sendiri, tawarkan kelebihan diri kita, bikin arah tujuan dan capaian personal branding, lakukan percakapan dengan pembaca blog kita, lakukan inovasi, bertanggung jawab dengan apa yang kita lakukan, dan buka wawasan.
Berikut beberapa tips dari Pak Hermawan Kartajaya dalam bukunya “Marketing Yourself” (dari blog tangandiatas) untuk kita yang ingin membangun merek diri kita sendiri :
  1. Jangan anggap nama Anda cuma sekedar nama. Nama itu harus diketahui oleh orang banyak dan orang harus mengerti asosiasi apa yang melekat pada nama kita.
  2. Build your own brand, Anda punya kewajiban untuk membangun merek anda sendiri. Walau awalnya adalah secara kecil-kecilan, sehingga makin banyak orang yang mengenal anda.
  3. Jaga nama baik anda. Mungkin anda rugi dalam bentuk materi, itu tidak apa-apa asal jangan sampai nama anda jatuh. Because brand is value.
Di Indonesia memang belum banyak orang yang melakukan personal branding online. Kalo ada yang ingin melihat contoh personal branding, blognya pak Nukman bisa dijadikan referensi. Dari luar negeri blognya Peter Montoya bisa dilihat. Sekedar info Peter Montoya sangat concern di bidang personal branding, beliau juga sudah mengahasilkan buku berjudul The Personal Branding Phenomenon.
So.. Mari kita go blog, kita tidak hanya bisa melakukan marketing ourself, disamping itu kita dapat memenangkan market share plus mind share dan heart share.

Oleh : Dr Asto Subroto

Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar nama Inul dan dr. Boyke? Tentu tidak sulit bagi kita untuk menjelaskan siapa mereka hanya dalam beberapa detik. Inul dikenal sebagai salah satu ikon penyanyi dangdut dan dr. Boyke merupakan pakar kebidanan dan ahli kandungan.

Mengapa kita mudah sekali mengingat identitas mereka? Jawabannya ada pada ciri khas dan perbedaan yang kuat dalam diri mereka dibanding yang lainnya. Misalnya saja Inul. Jumlah penyanyi dangdut banyak sekali, tetapi Inul mampu menarik perhatian orang dengan diferensiasi dan ciri khasnya, yaitu goyang ngebor. Nah, ciri khas dan perbedaan yang kuat itu ternyata mampu menciptakan personal branding bagi Inul.

Napoleon Hill, penulis dan konsultan bisnis terkenal, pernah mengatakan bahwa yang dibeli konsumen adalah ide dan kepribadian Anda, jauh sebelum produk atau layanan Anda. Ini berarti, kesuksesan bisnis sangat didukung oleh personal branding dan cara Anda memarketingkan diri Anda.

Lalu, apa sebenarnya personal branding itu? Dan apa keuntungan kita memiliki personal branding yang kuat?

Definisi
Personal branding bukan merupakan pilihan. Karena sebenarnya, setiap orang atau perusahaan telah memiliki personal branding. Hanya saja, seberapa besar kekuatan personal branding itu mampu terekam kuat di benak orang lain. Juga, bagaimana dampak personal personal branding itu, positif atau negatif.

Timothy P. O'Brien, penulis buku The Power of Branding, menjelaskan bahwa personal branding merupakan identitas pribadi yang mampu menciptakan sebuah respon emosional terhadap orang lain mengenai kualitas dan nilai yang dimiliki orang tersebut.
Sebagai contoh, ketika Anda berpikir tentang dr. Boyke, apa yang terlintas dalam benak Anda? Seberapa besar value dan kualitasnya menurut Anda? Bagaimana dengan tingkat kepercayaan dan kredibiltas Anda terhadap dr. Boyke? Coba bandingkan dengan dokter lainnya. Maka akan terlihat diferensiasi yang kuat antara dr. Boyke dengan dokter lainnya.
Anda melihat dr. Boyke sebagai seorang dokter yang selalu semangat dan cerdas dalam menjelaskan sesuatu kepada orang lain. Bahkan selalu aktif dalam sosialisasi ilmunya ke masyarakat. Ini berbeda dengan kebanyakan dokter yang cenderung pasif, karena hanya akan menjawab ketika ada keluhan atau pertanyaan dari pasien.

Nah, ciri khas seperti aktif, selalu semangat, dan cerdas itu yang akhirnya terekam di benak masyarakat sehingga menciptakan personal branding yang kuat bagi dr. Boyke. Alhasil, ketika seseorang membutuhkan informasi mengenai kebidanan dan kandungan, maka yang pertama diingat atau Top of Mind (TOM) adalah dr. Boyke.

Keuntungan
Ini berarti, keuntungan terbesar dari personal branding yang kuat adalah TOM, yaitu tingkatan tertinggi memori seseorang terhadap sesuatu.
TOM ini menjadi sebuah variabel yang sangat penting di dunia bisnis. Mengapa? Karena ketika produk dan perusahaan Anda yang pertama kali diingat konsumen, maka sangat mungkin konsumen akan membeli produk Anda pertama kali. Ini berarti, produk Anda dapat menjadi pemenang. Sebuah impian yang selalu dicita-citakan pelaku bisnis.

Lalu, bagaimana membangun personal branding yang kuat?

Proses Membangun
Satu hal terpenting dalam membangun personal branding adalah memahami bahwa apa yang Anda pikirkan tentang diri Anda hampir tidak relevan. Al ries dan laura Ries, dalam bukunya 22 Immutable Laws of Branding, mendefinisikan proses branding sebagai sebuah umpan balik dari yang ada dalam pikiran orang lain. Karena, branding adalah semua hal yang orang lain pikirkan tentang Anda.

Jadi, untuk membangun personal branding, Anda dapat memulainya dengan mengidentifikasi sebuah emosi yang ingin Anda ciptakan dalam pikiran orang lain atau konsumen Anda. Kemudian, temukan kata atau frase yang dapat mencerminkan emosi tersebut. Dan terakhir, Anda harus konsisten dalam berperilaku, promosi, dan menggunakan kata yang Anda gunakan.

Mari kita lihat Mercedes.

Mercedes ingin konsumennya merasa special ketika memilikinya dibandingkan ketika memiliki mobil lain. Untuk itu, Mercedes memilih kata prestige atau sangat berkelas sebagai frase yang mampu mengasosiasikan dengan produknya. Hal itu terlihat pada kualitas produk Mercedes termasuk konsistensinya pada program iklan, customer service, dan program lainnya yang memang diarahkan untuk mewujudkan Mercedes yang prestige.
Proses tersebut sama ketika Anda ingin mewujudkan personal branding. Pertama, memilih emosi, kedua memilih kata atau frase yang tepat, dan terakhir, konsisten pada setiap aktivitas yang dijalankan.
Lalu, siapa yang membutuhkan personal branding. Pada saat ini, dimana kompetisi semakin tinggi, maka setiap orang membutuhkan personal branding yang kuat. Apakah Anda seorang dokter, artis, pegawai swasta, atau bahkan politikus.

Kalau kita amati, saat ini sudah banyak sekali politikus yang memanfaatkan personal branding untuk menarik massa. Misalnya saja dalam pemilihan kepala daerah akhir-akhir ini.

Berbagai program telah dijalankan. Seperti ketika seorang politikus melakukan promosi anti narkoba jauh sebelum waktu kampanye berlangsung. Hal ini jelas ditujukan untuk meningkatkan personal branding di masa-masa awal. Lalu, di televisi kita juga bisa melihat berbagai iklan yang dilakukan oleh para politikus dengan memanfaatkan hari kebangkitan bangsa. Ini bukti bahwa semakin banyak elemen masyarakat yang memahami pentingnya personal branding sebagai bagian dari proses dalam mewujudkan mimpinya.

Bagaimana dengan Anda?

• 8 langkah menciptakan personal branding
1. Menggali potensi diri sendiri
2. Menentukan mimpi & cara mewujudkan
3. Target audiens yang dituju
4. Hambatan Internal & External & Strategi mengatasi hambatan
5. Pendukung Personal Branding
6. Rahasia Personal Branding
7. Memantapkan Personal Branding
8. Membuat action plan


Personal Branding
Personal Branding adalah bisa dikatakan segala sesuatu tentang merk yang berhubungan dengan kita-nya (person), ya bisa dikatakan merk pribadilah… agak maksa seh ngartiinnya memang… Jadi kita lakukan segala sesuatu seperti membangun brand, prosmosi, dsb supaya kita dikenal dunia luas, sehingga orang lain melihat kita-nya, bukan produk yang kita bawa. Misalnya yang sudah bisa membangun Personal Branding adalah Bob Sadino, Tung Desem W, Robert Tysaki, dsb, entah ada yang pro dan kontra, yang jelas mereka telah berhasil membuat kita semua seperti telah mengenal mereka.
So, mari kita bahas secara umum.
Dari ketiga branding itu semuanya sangat bagus apabila kita bangun bersama-sama. Idealnya sih harus di bangun bersama-sama seperti Toyota dengan Innovanya, atau Sonny dengan TV Flatnya, namun itu tidak mudah dan membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit dan team yang sangat solid. Jika kita hanya punya resource yang terbatas, maka paling mudah dibangun adalah Personal Branding. Kalo Produk Branding, jika produk kita sudah ketinggalan jaman maka brand itu akan hilang, sebagai contoh misalnya dulu ada Astrea Prima, Ada Honda Legenda, dulu waktu saya SMP, itu terkenal banget. Tapi sekarang dah tinggal sejarah. Jadi benar, jika kita tidak ada innovasi produk, maka sekuat apapun brand yang kita bangun ke Produk kita, pasti produk kita itu akan mati.
Kalo Coorporate branding sangat bagus, cuman harus membutuhkan dana yang besar, dan team yang sangat militan.
Nah, kalo personal Branding lebih sederhana tapi efeknya sangat luar biasa. Karena hanya kita yang bisa membangun, bisa menggunakan team, atau bahkan bisa single fighter sekalipun dan umur Personal Branding realtif lebih lama dari Produk Branding. Paling tidak ya sepanjang kita hidup lah, jika kita mati toh kita sudah tidak butuh Branding lagi :D
Sebelum kita bangun Personal Branding, kita tentukan dulu mo ke sisi mana neh Brand kita tar. Mo jadi preman yang sangat ditakuti, mo jadi enterpreneur yang mengusai banyak hal, pengen di kenal sebagai penyedia produk-produk yang bermutu tinggi dan berkualitas serta harga murah, atau yang lain. Na selanjutnya tinggal kita mencari resource yang sesuai dengan tujuan kita. Kemudian kita konsisten dalam menjalaninya, sesuai dengan path untuk menuju branding kita nanti, jaga jangan sampai menyimpang dari pakem.
Karena kita lihat ada beberapa yang kurang tepat, misalnya saja, saya di lingkungan saya terkenal dengan Yoyox Rabbani. Itu sebenere Produk Branding bukan Personal Branding. Padahal saya dan Rabbani hanya terikat kontrak kerja selama 5 tahun, bisa jadi nanti tidak bisa diperpanjang kontraknya. Dan jika hal itu terjadi, maka Yoyox Rabbani akan hilang, dan saya harus membangun dari awal lagi untuk membangun brand Yoyox apa gitu. So sehingga saya punya cita-cita ingin membangun Brand Yoyox yang punya motto; apapun bisnis anda, Yoyox-lah orangnya…. :D .


Apa kesamaan antara Hermawan Kertajaya, Deddy Corbuzier, Dr. Boyke, dan Inul Daratista? Mereka memiliki personal branding yang kuat. Kemudian, apa yang ada dalam fikiran kita ketika mendengar kata branding? Saya yakin betul bahwa hanya dalam beberapa detik akan muncul di kepala kita sekian puluh kata atau imaji yang memiliki kedekatan asosiasi dengan kata branding. Perusahaan besar, korporasi, periklanan, logo, mahal, dan sederet asosiasi lainnya. Dalam proses brainstorming semua kata atau objek yang muncul di atas adalah wajar. Namun dalam proses pengkajian komunikasi periklanan, beberapa kata di atas bisa jadi ada yang perlu dihilangkan karena tidak bisa masuk dalam kategori branding.

Branding atau sering juga disebut sebagai brand building banyak dikaitkan dengan upaya sebuah perusahaan untuk membangun image. Image yang dimaksud tentunya harus memiliki nilai benefit di dalam memberikan sebuah persepsi tertentu yang umumnya bersifat positif. Kekuatan branding yang luar biasa dipandang sangat berpengaruh terhadap suksesnya bisnis sebuah perusahaan.

Dalam bukunya, The Brand Called You, Peter Montoya bersama Tim Vandehey menampilkan sebuah karya observasi terhadap sebuah aspek advertising yang banyak dilupakan orang. Bisnis konvensional dianggap kurang dalam memandang perlunya sebuah Personal Branding dengan alasan bahwa corporate branding sudah cukup mahal, apalagi jika ditambah dengan personal branding.

Dalam buku tersebut, Peter Montoya mengungkapkan begitu esensialnya peran seorang individu, karena semua manusia memiliki personal image, seperti cita rasa humor, tatanan rambut, cara berpakaian, makanan favorit dan lain sebagainya. Secara kolektif, sifat-sifat di atas akan membentuk gambaran mental diri kita. Hal ini sangat berbeda dengan personal branding di mana dia akan mencari tahu bagaimana cara paling jitu menciptakan sebuah persepsi positif tertentu bagi klien-klien prospektif. Personal Branding tidak harus direlasikan dengan bos korporasi karena Montoya juga memasukkan kategori lain seperti bidang profesi (dokter, pengacara, arsitek dll) ke dalamnya.

Personal Branding dipandang memiliki daya magis sebagai salah satu piranti penentu suksesnya sebuah bisnis. Dia adalah aspek alami tentang bagaimana seseorang mengevaluasi figure yang akan dia ajak kerja sama. Semua akan berjalan secara natural. Hanya tinggal bagaimana seseorang membangun personal branding-nya secara tepat. Akan ada banyak alat bantu yang diperlukan untuk membantu proses akselerasi pembentukan personal branding kita.

Jika kita membuka buku Marketing Yourself karya Hermawan Kartajaya, seseorang yang sudah berhasil menjual dirinya maka orang tersebut telah berhasil menjual apa yang ada di dalam dirinya (feature selling). Apa yang dijual bukanlah hard selling, seperti menaruh barang di toko kemudian laku dibeli orang, melainkan kegiatan soft selling. Dalam melakukan soft selling kita tidak mendapatkan hasil secara materi di depan langsung. Akan tetapi kita akan dapat hasil secara tidak langsung, bisa dari belakang, dari samping dan dari penjuru yang kita tidak ketahui awalnya. Secara efek domino, bisnis kita pun akan turut bertumbuh. Apa pun yang kita tawarkan kepada para customer kita, yang sudah memperoleh soft selling kita tersebut, akan turut dibelinya.

Hermawan Kartajaya juga memberikan tips bagi kita yang ingin membangun merek diri kita sendiri, yaitu “Jangan anggap nama Anda cuma sekedar nama. Nama itu harus diketahui oleh orang banyak dan orang harus mengerti asosiasi apa yang melekat pada nama kita”.

Build your own brand, kita punya kewajiban untuk membangun merek kita sendiri. Walau awalnya adalah secara kecil-kecilan, namun jika kita kembangkan dan jaga nama baik kita, makin lama makin banyak orang yang mengenal kita. Mungkin awalnya kita rugi dalam bentuk materi, itu tidak apa-apa asal jangan sampai nama kita jatuh. Because brand is value. Dengan melakukan marketing yourself, kita bukan cuma memenangkan market share, tapi juga memenangkan mind share dan heart share.

Meletakkan hal paling mendasar pada personal brand adalah penting. Intinya adalah bahwa kita harus berbeda dari kompetitor kita. Diferensiasi adalah krusial. Kita harus mempersempit bidang keahlian kita. Jangan sampai terlibat pada bidang keahlian yang terlalu luas. Ketidakfokusan terhadap bidang yang kita tekuni bisa menjadi bumerang bagi diri kita sendiri.


Bagaimana membangun Personal Branding

Setiap orang akan dinilai oleh orang lain. Baik itu dari penampilan fisik, kepribadian maupun karakter. Dan ini lah yang akan melekat pada kita, yang akhirnya digunakan oleh orang lain men-cap bagaimana diri kita.
Sangat perlu bagi kita mempersiapkan diri untuk mempunyai personal branding atau "merk diri" yang positif. Karena hal ini akan menjadikan diri kita pantas untuk dihargai, dimiliki bahkan untuk disayangi orang lain. Bahkan mungkin 'dibeli' oleh orang lain.

Dalam kehidupan ini kita akan selalu melakukan kegiatan-kegiatan yang terus kita lakukan selama hidup kita. Dari kegiatan-kegiatan inilah menyebabkan kita mempunyai suatu kebiasaan. Bila kebiasaan-kebiasaan ini terus dipelihara akan melahirkan sebuah karakter dimana karakter inilah yang menjadi salah satu penilaian orang lain terhadap diri kita.

Bagaimana kita berpenampilan pun akan mencerminkan siapa diri kita, oleh karena itu kita pun perlu menjaga penampilan kita. Penampilan, kepribadian dan karakter merupakan elemen pembentuk Personal Branding. Personal Branding yang unik, artinya tidak dimiliki oleh banyak orang, cenderung mempunyai daya jual yang tinggi.

Personal Branding berbeda dengan titel atau gelar yang kita punya, karena Personal Branding tak semudah kita mendapatkan ijazah atau gelar. Personal Branding diraih dengan perjuangan yang terus menerus dari waktu ke waktu. Banyak dari kita menilai orang yang berhasil karena memiliki Personal Branding yang bagus, tetapi jarang dari kita mengetahui perjuangannya dalam memperoleh Personal Branding itu.

Tukul Arwana, misalnya. Dia tidak mempunyai latar pendidikan yang bagus, tapi honor dia dalam sekali tampil bisa mencapai puluhan juta rupiah. Banyak orang yang bilang dia mempunyai bakat yang terpendam. Atau sebagian orang menganggap Tukul mempunyai keberuntungan yang bagus. Tapi banyak dari kita tidak tahu apa yang telah dipersiapkan oleh Tukul selama bertahun-tahun, banyak dari kita tidak tahu kebiasaan-kebiasaan apa yang dilakukannya.
Keberuntungan adalah bertemunya 'persiapan' dan 'kesempatan'. Lakukan persiapan-persiapannya maka kesempatan akan menjumpai kita. Jika keduanya bertemu, maka keberhasilan menjadi milik kita.


Strategi Membangun Personal Branding

Montoya dan Tim Vandehey dalam bukunya The Brand Call You mengulas tuntas strategi dalam menggali brand kita, yaitu :
1. Apa yang membuat kita berbeda?
Mulailah Anda memikirkan dan mempersepsikan diri Anda secara berbeda. Kesampingkan atribut yang menempel pada diri: jabatan, titel, atau institusi Anda bekerja. Hari ini Anda adalah brand. Tulislah keunikan, personality, dan persepsi diri Anda pada secarik kertas.

2. Brand Assessment.
Istilah ini sering digunakan perusahaan-perusahaan untuk membandingkan brand-nya dengan perusahaan lain. Demikian halnya dengan personal brand, kita hendaknya membandingkan dengan kompetitor kita. Apa yang kita miliki dan kompetitor kita tidak.

3. Fokus melakukan yang terbaik yang dapat kita lakukan.
Tanyakan pada diri sendiri. Sebagai apa dan seperti apa kita ingin dikenal? Sebagai pengusaha fashion? Tipe pekerja keras atau easy going?

4. Publikasikan diri kita.
Tak ada batasan cara untuk memasarkan brand kita dan meningkatkan profil pribadi kita. Kita dapat mencoba berbagai macam cara untuk membuat diri kita terlihat oleh lingkungan kita, misalnya dengan mengambil proyek baru dalam sebuah organisasi, tunjukkan kemampuan kita atau ambil proyek yang memungkinkan kita bertemu orang baru yang akan menyebarkan pendapat positif tentang diri kita.

Membangun persepsi adalah hal yang krusial dan intinya kita harus berbeda dengan kompetitor kita. Kunci dari personal branding adalah word-of-mouth marketing dan juga idea-virus-marketing. Jaringan kontak dengan teman, kolega, klien dan klien terdahulu, sangat signifikan dalam personal branding yang sedang kita bangun.


Penutup

Pernahkah kita menanyakan pada diri sendiri, bagaimana seseorang bisa dengan sangat mudah dikenal dan diingat oleh orang lain sebagai pribadi yang unik dan bersahaja? Sementara banyak orang lainnya, dengan sangat mudah bisa terlupakan dari ingatan?

Membangun citra membutuhkan waktu dan usaha yang serius, Personal Branding dapat dibangun jika orang tersebut memiliki pemikiran terbuka dan mau berubah. Semakin detail usaha yang dilakukan hasilnya akan semakin baik, Termasuk merubah cara mendengar, berbicara, berpakaian, body language dan sebagainya. Hal ini bisa dimulai dari mengamati orang lain, tokoh yang tepat untuk diasosiasikan.

Apakah semua orang bisa membentuk Personal Branding sendiri? Bisa saja, asal mampu jujur dalam mengenali kelemahan, keunggulan dan tujuan dirinya. Umumnya seseorang terlalu dekat melihat dirinya dengan kacamata sendiri sehingga tidak dapat melihat sisi lain dari perspektif berbeda. Pendapatnya terlalu subyektif atau tidak jujur. Orang boleh berpendapat apa saja tentang diri sendiri, tapi persepsi dari orang lainlah yang menentukan brand nya.



Dalam dunia bisnis, merek merupakan persepsi atau emosi yang dipertahankan dan dipelihara oleh para pembeli atau calon pembeli yang melukiskan pengalaman yang berhubungan dengan persoalan menjalankan bisnis-bisnis bersama sebuah organisasi atau memakai produk atau jasa-jasanya. Adapun dalam konteks pribadi merek Anda merupakan suatu persepsi atau emosi yang dipertahankan oleh orang lain yang melukiskan pengalamannya secara menyeluruh ketika berhubungan dengan anda. [David McNally, Karl D. Speak]. Oleh karenanya, mengkonstruksi diri untuk menciptakan persepsi yang kita inginkan menjadi sangat penting dilakukan.
Membangun personal brand senyatanya membutuhkan cukup banyak komponen, diantaranya adalah kompetensi, nilai, gaya dan sebagainya. Namun hal yang paling penting dalam membangun citra diri ini, sesungguhnya sangat ditentukan oleh keinginan untuk menjadi diri sendiri yang sebenarnya. Citra diri yang khas, relevan (sesuai) dan konsisten, yang dari itu seorang Rizal Malarangeng berbeda dengan Andi Malarangeng. Demikian juga Bey Arifin (seorang ulama besar) dengan Bey Laspriana (calon orang besar he..he..amin !).
Meminjam konsepnya Hermawan, langkah awal dalam membangun citra diri ini adalah dengan membangun positioning-diferensiasi-brand atau yang lebih dikenal dengan konsep segitiga PDB. Pertama positioning, yakni bagaimana Anda mampu secara tepat memposisikan diri Anda di benak pelanggan atau target pasar. Elemen pertama ini harus ditentukan agar Anda memiliki identitas yang jelas di benak orang lain.
Kedua adalah diferensiasi bagaimana Anda menampilkan perbedaan yang khas, unik dan kokoh hingga dapat terbedakan dengan orang lain meski dengan orang yang mirip sekalipun dengan Anda (kembar). Diferensiasi yang kokoh akan memperkuat positioning kita. Sedang yang ketiga adalah branding, yaitu bagaimana Anda membangun ekuitas merek diri Anda secara berkelanjutan.
Positioning yang didukung oleh diferensiasi yang kuat akan menghasilkan brand integrity yang kuat pula. Brand integrity yang kuat akan menghasilkan brand image yang kuat. Dan pada akhirnya brand image yang kuat akan menguatkan positioning yang telah kita ciptakan sebelumnya. Bila proses ini berlangsung dengan baik, maka ini akan menciptakan apa yang disebut dengan ‘self reinforcing mechanism’ atau ‘proses penguatan secara terus menerus’.


Ok. Anda sekarang sudah paham pentingnya melakukan personal branding. Sekarang kita ungkap caranya bagaimana melakukan branding di Facebook.
  1. Buat profil anda merefleksikan brand anda. Misalkan anda ingin melakukan branding sebagai seorang konsultan profesional, pastikan profil facebook anda merefleksikan citra tersebut. Cantumkan hal-hal yang terkait dengan profesi anda.
  2. Pasang foto yang sesuai. Kalau anda ingin membranding diri anda sebagai seorang profesional, pasang foto yang menunjukkan anda sosok profesional.
  3. Buat username facebook yang singkat. Contoh seperti http://www.facebook.com/jokosusilo pastinya jauh lebih baik dibandingkan url yang panjangnya seperti http://www.facebook.com/profile.php?id=123456789 bukan?
    Untuk cara membuat username yang singkat bisa anda baca
    babeh.net.
  4. Update status sesuai brand anda. Anda bisa update status yang terkait branding. Misalnya update status soal proyek yang sedang anda kerjakan, atau soal seminar yang sedang anda isi, atau mungkin tentang perkembangan bisnis internet anda.
  5. Pilih grup dan friend secara bijak. Teman dan grup yang anda ikuti adalah refleksi dari anda. Kalau grup yang anda ikuti baik, anda pun akan dipandang baik. Kalau dipandang buruk, anda ikut tersangkut buruk.
  6. Lakukan tagging dan sharing. Baik dalam update status berupa teks, foto, atau video. Namun jangan sembarangan melakukannya. Pastikan hanya pilih orang yang sesuai atau terkait hal yang anda tag-kan.
  7. Klasifikasikan teman-teman anda. Biar tidak campur aduk, anda bisa klasifikasikan teman-teman anda. misalnya sebagai hubungan pertemanan, hubungan keluarga, hubungan profesional, dan lainnya.
    Caranya: