Jumat, 04 Februari 2011

Akuntansi Biaya

PENDAHULUAN

Informasi Akuntansi
Informasi merupakan suatu kebutuhan dalam mengelola suatu organisasi, baik profit oriented maupun non frofit oriented. Informasi yang tepat waktu, akurat dan relevan sangat membantu dalam pengambilan keputusan.

Informasi dapat dihimpum dari berbagai data atau fakta suatu aktivitas, kejadian atau peristiwa. Data harus diolah untuk menghasilkan informasi, pengolahan data dapat dilakukan baik secara Electronic Data Processing (EDP) maupun secara non EDP.

Akuntansi sangat erat dalam hubungannya dengan pengadaan informasi khususnya informasi keuangan. Akuntansi dapat dilihat sebagai sebuah sistem informasi, akuntansi merupakan proses yang berhubungan dengan pengadaan informasi keuangan melalui proses pengukuran, pencatatan, penggolongan, pengkhtisaran dan pengkajian transaksi-transaksi usaha dengan cara tertentu yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
“Cara-cara tertentu” yang dilakukan dalam proses akuntansi mengandung arti luas, bukan hanya secara teknis tetapi juga konseptual yang didasarkan pada prinsip dan standar tertentu. Sebagai contoh pengukuran atau penilaian terhadap suatu transaksi akan dicatat dengan prinsip harga pokok. Pencatatannya menggunakan double entry system, penggolongannya berdasarkan “sistem perkiraan”, pengkhtisaran dan penyajian informasi dalam bentuk laporan-laporan atas dasar prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jadi akuntansi dilandasi oleh suatu teori, asumsi, konsep dasar, standar, prosedur dan sistem akuntansi.

Kedudukan Akuntansi Biaya diantara Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen mempunyai dua kesamaan, yaitu :
1. kedua akuntansi tersebut merupakan sistem pengolah informasi yang menghasilkan informasi keuangan.
2. kedua akuntansi tersebut berfungsi sebagai penyedia informasi keuangan yang bermanfaat bagi seseorang / bagian untuk pengambilan keputusan.

Perbedaan pokok antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen terletak pada:
Item Akuntansi Keuangan Akuntansi Manajemen
1. Pemakai utama Para manajer puncak dan pihak luar perusahaan Para manager dari berbagai jenjang organisasi
2. Lingkup informasi Perusahaan secara keseluruhan Bagian dari perusahaan
3. Fokus informasi Berorientasi pada masa lalu Berorientasi pada masa datang
4. Rentang waktu Kurang fleksibel, biasanya mencakup jangka waktu kuartalan, tengah tahun dan tahunan Fleksibel, bervariasi dari harian, mingguan, bulanan bahkan dapat mencakup 10 tahun
5. Kriteria bagi informasi akuntansi Dibatasi oleh prinsip akuntansi yang lazim Tidak ada batasan, kecuali manfaat yang dapat diperoleh oleh manajemen dari informasi dibandingkan dengan pengorbanan untuk memperoleh informasi tersebut
6. Disiplin sumber Ilmu ekonomi Ilmu ekonomi dan psikologi sosial
7. Isi laporan Berupa ringkasan mengenai perusahaan secara keseluruhan Laporan bersifat rinci mengenai bagian dari perusahaan
8. Sifat laporan Ketepatan informasi merupakan hal yang penting Unsur taksiran dalam informasi adalah besar

Pengertian Akuntansi Biaya

Sebelum kita membahas tetntang pengertian Akuntansi biaya, terlebih dahulu kita perlu mengulas sedikit pengertian akuntansi dan biaya itu sendiri. Menurut American Accounting Association, mendefinisikan akuntansi sebagai :

“… proses mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”

sedang biaya adalah “ pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Dari pengertian biaya diatas ada 4 unsur pokok dari biaya, yaitu :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi,
2. Diukur dalam satuan uang,
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi,
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Pengertian secara sempit, biaya adalah “pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva (harga pokok)”.

Akuntansi Biaya adalah “proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya”.

Akuntansi Biaya adalah “salah atu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan biaya dalam bentuk laporan biaya”

Tujuan Akuntansi Biaya

1. Penentuan harga pokok produk
Untuk memenuhi tujuan tersebut, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan biaya yang telah terjadi pada masa lalu atau biaya historis, oleh karena itu dalam penentuan harga pokok ini harus tunduk pada prinsip-prinsip akuntansi yang lazim .

2. Perencanaan dan pengendalian biaya
Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satuan produk.

3. Pengambilan keputusan khusus oleh manajemen
Menyangkut masa yang akan datang, oleh karena itu informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan selalu berhubungan dengan masa yang akan datang.

Tugas Akuntansi Biaya

Tugas akuntansi biaya secara terperinci adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan data biaya yang diperlukan untuk perencanaan dan pengendalian kegiatan,
2. Menyediakan data biaya untuk pengambilan keputusan sehari-hari atau proyek yang memerlukan pemilihan alternatif yang harus diambil,
3. Berpartisipasi dalam berkreasi dan menyusun budget,
4. Menetapkan metode dan prosedur pengendalian dan perbaikan operasi serta program pengurangan biaya,
5. Mengembangkan sistem dan analisa biaya dalam rangka penentuan harga pokok dan menganalisis penyimpangan dan pengendalian phisik,
6. Menyusun laporan biaya.

E. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Secara umum pengumpulan harga pokok dapat dikelompokan menjadi dua metode yaitu

1. Metode Harga Pokok Pesanan ( Job Order Cost Method)
Merupakan pengumpulan harga pokok produk yang dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak atau jasa dapat dipisahkan identitasnya. Pengolahan produk dimulai setelah datangnya pesanan dari pelanggan/pembeli melalui dokumen pesanan penjualan (sales order) yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus diserahkam, kemudian dibuat perintah produksi (production order) untuk melaksanakan kegiatan produksi sesuai dengan pesanan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan produksi untuk memenuhi pesanan / melayani pesanan dan sifatnya terputus-putus, selesai diolah pesanan dilanjutkan ke pesanan berikutnya.

Pada harga pokok pesanan, harga pokok dikumpulkan untuk setiap pesanan sesuai dengan biaya yang diminati oleh setiap pesanan, biaya setiap pesanan akan dihitung pada saat pesanan selesai.

Contoh perusahaan yang menggunkan harga pokok pesanan adalah : percetakan, Kontraktor, Kantor Akuntan Publik atau konsultan.

2. Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method)
Merupakan pengumpulan harga pokok produk, dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misal bulanan, kuartalan, tengah tahun atau tahunan. Pada metode ini perusahaan menghasilkan produk yang homogen, bentuk produk bersifat standar dan tidak tergantung pada spesifikasi yang diminta pembeli.

Kegiatan produksi perusahaan ditentukan oleh budget produksi atau skedul produksi untuk satuan waktu tertentu yang sekaligus dipakai dasar oleh bagian produksi untuk melakukan produksi. Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya dijual kepada konsumen, oleh karena sifat produk homogen dan bentuknya standar, maka produksi dapat dilaksakan secara kontinyu.

Contoh perusahaan yang menggunkan harga pokok pesanan adalah : Pabrik semen, Pabrik Kertas, tekstil.

Perbedaan Harga Pokok Pesanan Harga Pokok Proses
1. Dasar kegiatan produksi Pesanan langganan Budget produksi
2. Tujuan produksi Untuk melayani pesanan Untuk memenuhi persediaan di gudang
3. Bentuk produksi Tergantung spesifikasi pesanan pembeli dan dapat dipisahkan identitasnya Homogen dan standar
4. Biaya diproduksi dikumpulkan Setiap pesanan Setiap satuan waktu
5. Harga pokok produk Harga pokok pesanan tertentu

jml produk pesanan tertentu Harga pokok periode tertentu

jml produk periode tertentu
6. Contoh perusahaan Percetakan, kontraktor, KAP atau Konsultan Semen, kertas, tekstil

Proses Pengolahan Data Metode Pengumpulan Biaya

 Pengolahan Data Biaya

Penentuan harga pokok produk berkaitan dengan adanya proses pengolahan data biaya untuk menghasilkan suatu produk. Proses pengumpulan biaya produksi dipengaruhi oleh sifat proses produksi suatu perusahaan. Proses pengolahan bahan menjadi produk pada perusahaan manufaktur antara lain :
• Pengadaan dan Penyimpanan Bahan
• Pengunaan bahan, jasa tenaga kerja, dan fasilitas produksi yang lain dalam proses produksi
• Penyimpanan produk jadi yang siap dijual atau diserahkan.

Skema Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi

PT SHAIRA
Laporan Harga Pokok Produksi
Januari 2004

Persediaan Produk Dalam Proses (1 / 1) Rp xxx
Persediaan Bahan baku (1/1) Rp xxx
Pembelian Bahan Baku Rp xxx
Biaya Angkut Pembelian Rp xxx +
Rp xxx
Retur & Potongan Pembelian Rp xxx –
Rp xxx +
Bahan tersedia untuk diproduksi Rp xxx
Persediaan Bahan baku (31/1) Rp xxx -
Biaya Bahan Baku Rp xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik :
- Biaya Bahan Penolong Rp xxx
- Biaya Tenaga Kerja Tidak langsung Rp xxx
- Biaya Lain-Lain Rp xxx +
Rp xxx +
Biaya Produksi Rp xxx +
Rp xxx
Persediaan Produk Dalam Proses (31/1) Rp xxx -
Harga Pokok Produksi Rp xxx .


Contoh

Data dari PT Saffa bulan Februari 2007

Persediaan per 1 Februari 2007 28 Februari 2007

Bahan Baku 3.000.000 3.775.000
Produk Dalam Proses 3.775.000 4.400.000

Data Lain
Pembelian bahan baku Rp 10.800.000
Biaya Tenaga kerja Langsung Rp 12.500.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 15.625.000

DIMINTA :
a. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi
b. Hitung Harga Pokok produksi per satuan, apbila jumlah produksi PT. Saffa selama bulan Feb 2007 500 satuan
PT SAFFA
Laporan Harga Pokok Produksi
April 2004

Persediaan Produk Dalam Proses (1 / 1) Rp 3.775.000
Persediaan Bahan baku (1/1) Rp 3.000.000
Pembelian Bahan Baku Rp 10.800.000 +
Bahan tersedia untuk diproduksi Rp 13.800.000
Persediaan Bahan baku (31/1) Rp 3.775.000 -
Biaya Bahan Baku Rp10.025.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp12.500.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 15.625.000 +
Biaya Produksi Rp38.150.000
Rp41.925.000
Persediaan Produk Dalam Proses (31/1) Rp 4.400.000
Harga Pokok Produksi Rp37.525.000


Harga Pokok Produksi per satuan Rp 37.525.000 : 500 = Rp 75.050

 Pemrosesan Data Biaya
Pengolahan data biaya di perusahaan manufaktur dimulai dari pencatatan bukti transaksi ke dalam rekening dengan menggunakan buku jurnal yang sekaligus dikelompokan sesuai dengan nama rekening yang berkaitan dengan obyek biaya, selanjutnya diposting ke buku besar, buku besar berisi kumpulan rekening-reking biaya. Berdasarkan biaya-biaya yang ada di buku besar maka disusunlah laporan biaya sesuai dengan keperluan informasi. Selain rekening kontrol juga digunakan rekening pembantu. Rekening ini memuat data biaya yang lebih rinci.











Gambar 1.5 Proses Pengolahan Data Biaya

 Pengumpulan Biaya Produksi
Ditinjau dari sifatnya proses produksi dikelompokan atas dua kelompok yaitu :

Proses Produksi Terputus Putus
Yaitu proses produksi yang tidak mempunyai pola yang pasti. Urutan proses produksinya selalu berubah sesuai sepesifikasi produk yang dihasilkan, karakteristik produk kelompok ini adalah :
 Produk yang dihasilkan umumnya berdasarkan pesanan pembeli, proses produksinya dihentikan jika tidak ada pesanan.
 Produk yang dihasilkan umumnya dalam jumlah relatif sedikit tapi jenisnya bervariasi.
Contoh : Perusahaan Percetakan, Konstruksi

Proses Produksi Terus Menerus
Yaitu proses produksi yang mempunyai pola yang pasti. Urutan proses produksinya realtif sama dan berlangsung terus menerus sesuai rencana produksi yang ditetapkan, karakteristik produk kelompok ini adalah :
 Produk yang dihasilkan umumnya relatif banyak dan umumnya produk standar dengan variasi produksi relatif kecil.
 Proses produksi berlangsung terus menerus tidak bergantung kepada ada atau tidaknya pesanan. Tujuannya adalah menghasilkan produk yang siap jual sesuai rencana produksi.

Contoh : Perusahaan Tambang, Farmasi, Automotive

 Metoda Pengumpulan Biaya Produksi
Sesuai dengan sifat proses produksi suatu perusahaan, proses pengumpulan data biaya produksi dalam penentuan harga pokok produk dikelompokkan atas dua metoda, yaitu :

Metoda Harga Pokok Pesanan
Yaitu metode pengumpulan biaya produksi yang diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk berdasarkan pesanan.

Metoda Harga Pokok Proses
Yaitu metode pengumpulan biaya produksi yang diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk secara massa.

Perbedaan metoda tersebut digambarkan sebagai berikut :
Komponen Metoda HP Pesanan Metoda HP Proses
Dasar penentuan HP produk Setiap produk yang dipesan Setiap periode tertentu (1 bulan)
Saat penentuan HP produk Saat produk selesai dikerjakan Akhir periode tertentu
Perhitungan HP Produk HP Produk
Jml produk pesanan yang bersangkutan HP Produk Selesai
Jml unit produk selesai dalam periode yg bersangkutan

SOAL LATIHAN :
Data dari PT ZAHRA bulan April 2004

Persediaan per 1 April 2004 30 April 2004
Bahan Baku 5.000.000 8.000.000
Produk Dalam Proses 10.000.000 15.000.000

Data Lain
Pembelian bahan baku Rp 15.000.000
Biaya Tenaga kerja Langsung Rp 12.000.000
Biaya Bahan Penolong Rp 7.500.000
Biaya Listrik Rp 500.000

DIMINTA :
a. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi
b. Hitung Harga Pokok produksi per satuan, apbila jumlah produksi PT. Saffa selama bulan April 2004 10.000 satuan

HARGA POKOK PESANAN
Karakteristik Perusahaan yang menggunakan Metoda Harga Pokok Pesanan

Pengumpulan biaya produksi suatu perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik kegiatan produksinya, perusahaan yang memproduksi barang dengan metoda harga pokok pesanan mempunyai karakteristik :
 Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus, jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan dan mulai kembali apabila mulai dengan pesanan berikutnya.
 Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan, sehingga pesanan yang satu berbeda dengan pesanan yang lain.
 Produk ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan di gudang.

Karakteristik Metoda Harga Pokok Pesanan

Metoda harga pokok pesanan yang digunakan perusahaan mempunyai karakteristik :
 Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya.
 Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok, yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
 Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.
 Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
 Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi per Pesanan

 Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan
 Mempertimbangkan menerima atau menolak pesanan
 Memantau realisasi biaya produksi
 Menghitung laba atau rugi tiap pesanan
 Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalan neraca

Pengumpulan Biaya dalam Harga Pokok Pesanan Produk diolah dalam 1 (satu) departemen

Tahapan dalam mengumpulkan biaya produksi dalam metoda ini adalah :
 Pencatatan Bahan Baku
 Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung
 Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
 Pencatatan Harga Pokok Produk jadi yang ditransfer ke Gudang
 Pencatatan Harga Pokok Produk Dalam Proses
 Pencatatan Penjualan

Untuk menggambarkan tahapan diatas berikut dicontohkan penggunaan metoda harga pokok pesanan dengan pendekatan Full Costing :
Contoh 1:
PT Shaira berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi bardasarkan spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima. Pendekatan yang digunakan perusahaan dalam penentuan harga pokok produksi adatah full costing. Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor, dan setiap dokumen sumber dan dokumen pendukung diberi identitas nomor pesanan yang, bersangkutan. Dalam bulan November 2003, PT Shaira mendapat pesanan untuk mencetak undangan sebanyak 1.500 lembar darl PT Saffa Harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp 3.000 per lembar. Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000 lembar darl PT. Zahra dengan harga yang dibebankan kepada pemesan sebesar Rp . 1.000 per lembar. Pesanan darl PT Saffa diberi nomor 101 dan pesanan darl PT Zahra diberl nomor 102. Berikut ini adalah kegiatan produksi dan keglatan lain untuk memenuhi pssanan tersebut.

1. Pembelian bahan baku dan bahan penolong.
Pada tanggal 3 November perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong berikut inI:

Bahan Baku:
Kertas Jenis X 85 Rim @ Rp 10.000 Rp 850.000
Kertas Jenis Y 10 roll @ Rp 350.000 Rp 3.500.000
Tinta Jenis A 5 kg @ Rp 100.000 Rp 500.000
Tinta Jenis B 25 kg @ Rp 25.000 Rp 25.000
Jumlah bahan baku yang dibeli Rp 5.475.000
Bahan Penolong:
Bahan penolong P 17 kg @ Rp 10.000 Rp 170.000
Bahan penolong G 60 lt @ Rp 5.000 Rp 300.000
Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp 470.000
Jumlah total Rp 5.945.000
Jurnal #1:
Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000
Utang Dagang Rp 5.475.000

Jurnal #2:
Persediaan Bahan Penolong Rp 470.000
Utang Dagang Rp 470.000

2. Pemakaian bahan baku dan penolong dalam produksi
Untuk memproses pesanan # 101 dan 102, bahan baku yang digunakan adalah sebagai berikut:
Bahan Baku untuk Pesanan #101: -
Kertas jenis X 85 Rim @ Rp10.000 Rp 850.000
Tinta Jenis A 5 kg @ Rp100.000 Rp 500.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan # 101 Rp 1.350.000

Bahan Baku untuk Pesanan # 102:
Kertas jenis Y 10 roll @ Rp350.000 Rp 3.500.000
Tinta jenis B 25 kg @ Rp 25.000 Rp 625.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan # 102 Rp 4.125.000
Jumlah bahan baku yang dipakai Rp 5.475.000

Pada saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong sebagai berikut:
Bahan penolong P 10 kg @ Rp 10.000 Rp 100.000
Bahan penolong Q 40 ltr @ Rp 5.000 Rp 200.000
Jumlah bahan penolong yang dipakai dalam produksi Rp 300.000

Jurnal #3:
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 5.475.000
Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000
Jurnal #4:
BOP Sesungguhnya Rp 300.000
Persediaan Bahan Penolong Rp 300.000

3. Pencatatan biaya tenaga kerja.
Dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara upah tenaga ksrja langsung dengan upah tenaga kerja tldak langsung. Upah tenaga kerja langsung dicatat dengan mendebit rekening Barang dalam Proses, dan dicatat pula dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Upah tenaga kerja tidak langsung dicatat dengan mendebit rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Upah Iangsung untuk pesanan # 101 225 jam @ Rp4.000 Rp 900.000
Upah langsung untuk pesanan # 102 1.250 jam @ Rp4.000 Rp 5.000.000
Upah tidak langsung Rp 3.000.000
Jumlah upah Rp 8.900.000
Gaji karyawan administrasi dan umum Rp 4.000.000
Gaji karyawan Bagian Pemasaran Rp 7.500.000
Jumlah gaji Rp 11.500.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp 20.400.000

Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut ini:
a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan.

Jurnal #5:
Gaji dan Upah Rp 20.400.000
Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000

b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja.
Biaya tenaga kerja langsung dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan dengan mendebit rekening Barang dalam Proses dan mencatatnya dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan unsur biaya produksi tidak langsung . dan dicatat sebagai unsur biaya overhead pabrik serta didebitkan dafam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Biaya tenaga kerja nonproduksi merupakan unsur biaya nonproduksi dan dibebankan ke dalam rekening kontrol Biaya Administrasi dan Umum atau Biaya Pemasaran.

Jurnal #6:
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5.900.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 3.000.000
Biaya Administrasi dan Umum Rp 4.000.000
Biaya Pemasaran Rp 7.500.000
Gaji dan Upah Rp 20.400.000

c. Pencatatan pembayaran gaji dan upah. Pembayaran gaji dan upah yang terutang

Jurnal #7:
Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000
Kas Rp 20.400.000

4. Pencatatan biaya overhead pabrik.
Pencatatan biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua:
a. pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka (predetermind cost)
b. pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.

Di dalam metode harga pokok pesanan, produk dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif yang ditentukan di muka. Tarif biaya overhead pabrik ini dihitung pada awal tahun anggaran, berdasarkan angka anggaran biaya overhead pabrik. Pembebanan produk dengan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif ini dicatat dengan mendebit rekening Barang dalam Proses dan mengkredit rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebit rekening kontrol Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Secara periodik (misalnya setiap akhir bulan), biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dibandingkan, dan dihitung selisihnya. Pembandingan ini dilakukan dengan menutup rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan ke dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Misalnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tar if sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung. Dengan demikian biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada tiap pesanan dihitung sebagai berikut:

Pesanan # 101 150% x Rp 900.000 Rp 1 .350.000
Pesanan # 102 150% x Rp 5.000.000 Rp 7.500.000
Jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp 8.850.000

Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada pesanan tersebut adalah sebagai berikut:

Jurnal #8:
Barang dalam Prosas - Biaya Overhead Pabrik Rp 8.850.000
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 8.850.000

Misalnya biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi (selain biaya bahan penolong Rp300.000 dan biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp3.000.000 seperti tersebut dalam jurnal # 4 dan # 6):

Biaya depresiasi mesin Rp 1.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik Rp 2.000.000
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin Rp 700.000
Biaya pemeliharaan mesin Rp 1.000.000
Biaya pemeliharaan gedung Rp 500.000
Jumlah Rp 5.700.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi tersebut adalah sebagai berikut:
Jurnal #9:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 5.700.000
Akumulasi Depresiasi Mesin Rp 1.500.000
Akumulasi Depresiasi Gedung Rp 2.000.000
Persekot Asuransi Rp 700.000
Persediaan Suku Cadang Rp 1 .000.000
Persediaan Bahan Bangunan Rp 500.000

Untuk mengetahui apakah biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasar tarif menyimpang dari biaya overhead pabrik yang sesungguhriya terjadi, saldo rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan ditutup ke rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Jurnal penutup tersebut adalah sebagai berikut:

Jurnal #10:
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 8.850.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 8.850.000

Selisih biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode akuntansi ditentukan dengan menghitung saldo rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Setelah jurnal #10 dibukukan, saldo rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya adalah sebagai berikut:
Debit:
Jurnal #4 Rp 300.000
Jurnal #6 Rp 3.000.000
Jurnal #9 Rp 5.700.000
Jumlah debit Rp 9.000.000
Kredit
Jurnal #10 Rp 8.850.000
Selisih pembebanan kurang (underapplied) Rp 150.000

Selisih biaya overhead pabrik pada akhirnya dipindahkan ke rekening Selisih Biaya Overhead Pabrik. Jika terjadi selisih pembebanan kurang, maka dibuat jurnal:

Jurnal #11
Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp 150.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 150.000

5. Pencatatan harga pokok produk jadi.
Pesanan # 101 telah selesai diproduksi, harga pokok pesanan #101 dihitung sebagai berikut:

Biaya bahan baku Rp 1.350.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 900.000
Biaya overhead pabrik Rp 1.350.000
Jumlah harga pokok pesanan # 101 Rp 3.600.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi tersebut adalah sebagai berikut:

Jurnal #12:
Persediaan Produk Jadi Rp 3.600.000
Barang dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp 1.350.000
Barang dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 900.000
Barang dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Rp 1 .350.000

6 . Pencatatan harga pokok produk dalam proses.
Pada akhir perlode kemungkinan terdapat pesanan yang belum selesai diproduksi. pesanan #102 pada akhir periode akuntansi belum selesai dikerjakan.

Jumlah bahan baku untuk pesanan # 102 Rp 4.125.000
Upah langsung untuk pesanan # 102 1.250 jam @ Rp4.000 Rp 5.000.000
Pesanan # 102 150% x Rp 5.000.000 Rp 7.500.000
Jumlah harga pokok pesanan # 101 Rp 16.625.000

Jurnal untuk mencatat harga pakok pesanan yang belum selesai adalah sobagai berlkut:

Jurnal #13:
Persediaan Produk Dalam Proses Rp 16.625.000
Barang dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp 4.125.000
Barang dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5.000.000
Barang dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Rp 7.500.000

7 . Pencatatan harga pokok produk yang dijual.
PPesanan 101 berupa pesanan 1500 lembar undangan dengan harga jual Rp1.500 per lembar atau harga total Rp4.500.000.
Jurnal penyerahan pesanan 101 diserahkan kepada pemesan adalah sebagai berikut:

Jurnal #14:
Kas Rp 4.500.000
Penjualan Rp 4.500.000

Harga Pokok Penjualan Rp 3.600.000
Persediaan Produk Jadi Rp 3:600.000

HARGA POKOK PROSES
Karakteristik Perusahaan yang menggunakan Metoda Harga Pokok Pesanan

Pengumpulan biaya produksi suatu perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik kegiatan produksinya, perusahaan yang memproduksi barang dengan metoda harga pokok proses mempunyai karakteristik :
 Produk yang dihasilkan merupakan produk standar
 Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
 Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu

Metoda Harga Pokok Proses - Produk diolah dalam 1 (satu) departemen

Contoh
PT. Saffa mengolah produknya melalui satu departemen produksi. Data produksi Bulan Januari 2007 terlihat seperti di bawah ini :

Masuk dalam proses produksi 2.500 Kg
Produk Jadi ditransfer ke gudang 2.000 Kg
Produk dalam proses akhir dengan tingkat Penyelesaian Biaya Bahan Baku 100%,
Biaya Bahan Penolong 100%, Biaya Tenaga Kerja 50%, Biaya Overhead Pabrik 30% 500 Kg
Biaya yang telah dikeluarkan selama bulan Januari 2004 adalah
Biaya Bahan Baku 5.000.000
Biaya Bahan Penolong 7.500.000
Biaya Tenaga Kerja 11.250.000
Biaya Overhead Pabrik 16.125.000
39.875.000

DIMINTA :
• Jurnal Penggunaan Biaya-Biaya Produksi
• Jurnal Persediaan Produk Jadi ditransfer ke Gudang
• Jurnal Persediaan Produk Dalam Proses Akhir
• Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 2007

JAWAB

Perhitungan
Unsur Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HP Produksi/Satuan
Biaya Bahan Baku 5.000.000 2.000 + (500 x 100%) = 2.500 2.000
Biaya Bahan Penolong 7.500.000 2.000 + (500 x 100%) = 2.500 3.000
Biaya Tenaga Kerja 11.250.000 2.000 + (500 x 50%) = 2.250 5.000
Biaya Overhead Pabrik 16.125.000 2.000 + (500 x 30%) = 2.150 7.500
TOTAL 39.875.000 17.500
Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke gudang 2.000 Kg x Rp 17.500 = 35.000.000

Harga Pokok Produk dalam Proses Akhir
Biaya Bahan Baku : 500 Kg x 100% x Rp 2.000 = 1.000.000
Biaya Bahan Penolong : 500 Kg x 100% x Rp 3.000 = 1.500.000
Biaya Tenaga Kerja : 500 Kg x 50% x Rp 5.000 = 1.250.000
Biaya Overhead Pabrik : 500 Kg x 30% x Rp 7.500 = 1.125.000 +
4.875.000 +
Jumlah Biaya Produksi Bulan Januari 2007 39.875.000
Jurnal Penggunaan Biaya – Biaya Produksi

Jurnal Penggunaan Bahan Baku
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Baku 5.000.000
Persediaan Bahan Baku 5.000.000

Jurnal Penggunaan Bahan Penolong
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong 7.500.000
Persediaan Bahan Penolong 7.500.000

Jurnal Penggunaan Biaya Tenaga Kerja
Produk Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja 11.250.000
Gaji dan Upah 11.250.000

Jurnal Penggunaan Biaya Overhead Pabrik
Produk Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik 16.125.000
Berbagai rekening di kredit 16.125.000

Jurnal Persediaan Produk Jadi ditransfer ke gudang
Persediaan Produk Jadi 35.000.000
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Baku 4.000.000
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong 6.000.000
Produk Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja 10.000.000*
Produk Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik 15.000.000**

*2000 kg x Rp 5000
**2000 kg x Rp 7500
Jurnal Persediaan Produk Dalam Proses Akhir
Persediaan Produk Dalam Proses Akhir 4.875.000
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Baku 1.000.000
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong 1.500.000
Produk Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja 1.200.000
Produk Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik 1.125.000

PT. SAFFA
LAPORAN BIAYA PRODUKSI BULAN JANUARI 2007
DATA PRODUKSI
Masuk dalam proses produksi 2.500 Kg
Produk Jadi ditransfer ke gudang 2.000 Kg
Produk dalam proses akhir 500 Kg
Jumlah Produk yang dihasilkan 2.500 Kg

BIAYA YANG DIBEBANKAN BULAN JANUARI 2007
Total Per Kg
Biaya Bahan Baku 5.000.000 2.000
Biaya Bahan Penolong 7.500.000 3.000
Biaya Tenaga Kerja 11.250.000 5.000
Biaya Overhead Pabrik 16.125.000 7.500
39.875.000 17.500
PERHITUNGAN BIAYA
Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke gudang 2.000 Kg x Rp 17.500 = 35.000.000
Harga Pokok Produk dalam Proses Akhir
Biaya Bahan Baku : 500 Kg x 100% x Rp 2.000 = 1.000.000
Biaya Bahan Penolong : 500 Kg x 100% x Rp 3.000 = 1.500.000
Biaya Tenaga Kerja : 500 Kg x 50% x Rp 5.000 = 1.250.000
Biaya Overhead Pabrik : 500 Kg x 30% x Rp 7.500 = 1.125.000 +
4.875.000 +
Jumlah Biaya Produksi Bulan Januari 2007 39.875.000

Soal Latihan
PT. Cotage Jaya mengolah produknya melalui satu departemen produksi. Data produksi Bulan Mei 2009 terlihat seperti di bawah ini :

Masuk dalam proses produksi 1.500 Kg
Produk Jadi ditransfer ke gudang 1.300 Kg
Produk dalam proses akhir dengan tingkat Penyelesaian Biaya Bahan Baku 100%,
Biaya Konversi 75% 200 Kg
Biaya yang telah dikeluarkan selama bulan Januari 2009 adalah
Biaya Bahan Baku 1.200.000
Biaya Tenaga Kerja 1.812.500
Biaya Overhead Pabrik 1.957.500
4.970.000

DIMINTA :
• Jurnal Penggunaan Biaya-Biaya Produksi
• Jurnal Persediaan Produk Jadi ditransfer ke Gudang
• Jurnal Persediaan Produk Dalam Proses Akhir
• Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 2009


Metoda Harga Pokok Proses - Produk diolah Lebih dari 1 (satu) departemen

Contoh
PT. Maju Terus mengolah produknya melalui satu departemen produksi. Data produksi Bulan Januari 2009 terlihat seperti di bawah ini :
Departemen A Departemen B
Masuk dalam proses produksi 35.000 Kg
Produk Jadi ditransfer ke Departemen B 30.000 Kg
Produk Jadi ditransfer ke Gudang 24.000 Kg
Produk dalam proses akhir 5.000 Kg 6.000 Kg
Tingkat Penyelesaian Produk dalam proses akhir
Biaya Bahan Baku 100 % -
Biaya Konversi 20 % 50 %

Biaya yang telah dikeluarkan selama bulan Januari 2009 adalah
Biaya Bahan Baku 70.000 0
Biaya Tenaga Kerja 155.000 270.000
Biaya Overhead Pabrik 248.000 405.000

DIMINTA :
• Jurnal Penggunaan Biaya-Biaya Produksi Departemen A & B
• Jurnal Persediaan Produk Jadi ditransfer ke Departemen B dan ke Gudang
• Jurnal Persediaan Produk Dalam Proses Akhir
• Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 2009 Departemen A & B

JAWAB

Perhitungan Departemen A
Unsur Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HP Produksi/Satuan
Biaya Bahan Baku Rp 70.000 30.000 + (5.000 x 100%) = 35.000 Rp 2
Biaya Tenaga Kerja 155.000 30.000 + (5.000 x 20%) = 31.000 5
Biaya Overhead Pabrik 248.000 30.000 + (5.000 x 20%) = 31.000 8
TOTAL Rp 473.000 Rp 15



Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke Departemen B 30.000 Kg x Rp 15 = 450.000
Harga Pokok Produk dalam Proses Akhir
Biaya Bahan Baku : 5.000 Kg x 100% x Rp 2 = 10.000
Biaya Tenaga Kerja : 5.000 Kg x 20% x Rp 5 = 5.000
Biaya Overhead Pabrik : 5.000 Kg x 20% x Rp 8 = 8.000
23.000 +
Jumlah Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 2009 473.000

Jurnal Penggunaan Biaya – Biaya Produksi

Jurnal Penggunaan Bahan Baku
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dept A 70.000
Persediaan Bahan Baku 70.000

Jurnal Penggunaan Biaya Tenaga Kerja
Produk Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dept A 155.000
Gaji dan Upah 155.000

Jurnal Penggunaan Biaya Overhead Pabrik
Produk Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Dept A 248.000
Berbagai rekening di kredit 248.000

Jurnal Persediaan Produk Jadi ditransfer ke Depatemen B
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dept B 450.000
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Baku 60.000 * Produk Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja 150.000 **
Produk Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik 240.000 ***
* (30.000 Kg x Rp 2)
** (30.000 Kg x Rp 5)
*** (30.000 Kg x Rp 8)
Jurnal Persediaan Produk Dalam Proses Akhir
Persediaan Produk Dalam Proses Akhir Dept A 23.000
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dept A 10.000
Produk Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dept A 5.000
Produk Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Dept A 8.000

PT. SAFFA
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN A BULAN JANUARI 2009
DATA PRODUKSI
Masuk dalam proses produksi 35.000 Kg
Produk Jadi ditransfer ke Departemen B 30.000 Kg
Produk dalam proses akhir 5.000 Kg
Jumlah Produk yang dihasilkan 35.000 Kg

BIAYA YANG DIBEBANKAN BULAN JANUARI 2009
Total Per Kg
Biaya Bahan Baku 70.000 2
Biaya Tenaga Kerja 155.000 5
Biaya Overhead Pabrik 248.000 8
473.000 15
PERHITUNGAN BIAYA
Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke gudang 30.000 Kg x Rp 15 = 450.000
Harga Pokok Produk dalam Proses Akhir
Biaya Bahan Baku : 5.000 Kg x 100% x Rp 2 = 10.000
Biaya Tenaga Kerja : 5.000 Kg x 20% x Rp 5 = 5.000
Biaya Overhead Pabrik : 5.000 Kg x 20% x Rp 8 = 8.000
23.000 +
Jumlah Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 2004 473.000
Perhitungan Departemen B
Unsur Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HP Produksi/Satuan
Biaya Tenaga Kerja 270.000 24.000 + (6.000 x 50%) = 27.000 10
Biaya Overhead Pabrik 405.000 24.000 + (6.000 x 50%) = 27.000 15
TOTAL 675.000 25
Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke Gudang
Harga Pokok dari dept A : 24.000 Kg x Rp 15 = 360.000
Biaya yg ditambahkan di Dept B : 24.000 Kg x Rp 25 = 600.000
Total Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke Gudang 960.000

Harga Pokok Produk dalam Proses Akhir
Harga Pokok dari dept A : 6.000 Kg x Rp 15 = 90.000
Biaya Tenaga Kerja : 6.000 Kg x 50% x Rp 10 = 30.000
Biaya Overhead Pabrik : 6.000 Kg x 50% x Rp 15 = 45.000
165.000 +
Jumlah Biaya Produksi Kumulatif Departemen B Bulan Januari 2009 1.125.000

Jurnal Penggunaan Biaya – Biaya Produksi Departemen B

Jurnal Penerimaan produk dari depatemen A
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dept B Rp 450.000
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dept A Rp 60.000
Produk Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dept A 150.000
Produk Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Dept A 240.000

Jurnal Penggunaan Biaya Tenaga Kerja
Produk Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dept B Rp 270.000
Gaji dan Upah Rp 270.000

Jurnal Penggunaan Biaya Overhead Pabrik
Produk Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Dept B Rp 405.000
Berbagai rekening di kredit Rp 405.000

Jurnal Persediaan Produk Jadi ditransfer ke Gudang
Persediaan Produk Jadi Rp 960.000
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dept B Rp 360.000 *
Produk Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dept B 240.000 **
Produk Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Dept B 360.000 ***
* (24.000 Kg x Rp 15)
** (24.000 Kg x Rp 10)
*** (24.000 Kg x Rp 15)

Jurnal Persediaan Produk Dalam Proses Akhir
Persediaan Produk Dalam Proses Akhir Dept B Rp 165.000
Produk Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dept B Rp 90.000
Produk Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dept B 30.000
Produk Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Dept B 45.000

PT. SAFFA
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN B BULAN JANUARI 2009
DATA PRODUKSI
Diterima dari Dept A 30.000 Kg
Produk Jadi ditransfer ke Gudang 24.000 Kg
Produk dalam proses akhir 6.000 Kg
Jumlah Produk yang dihasilkan 30.000 Kg

BIAYA YANG DIBEBANKAN BULAN JANUARI 2009
Total Per Kg
Harga Pokok dari Dept A (30.000 Kg) 450.000 15
Biaya yang ditambahkan di Dept B
Biaya Tenaga Kerja 270.000 10
Biaya Overhead Pabrik 405.000 15
675.000 40
PERHITUNGAN BIAYA
Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke Gudang
Harga Pokok dari dept A : 24.000 Kg x Rp 15 = 360.000
Biaya yg ditambahkan di Dept B : 24.000 Kg x Rp 25 = 600.000
Total Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke Gudang 960.000

Harga Pokok Produk dalam Proses Akhir
Harga Pokok dari dept A : 6.000 Kg x Rp 15 = 90.000
Biaya Tenaga Kerja : 6.000 Kg x 50% x Rp 10 = 30.000
Biaya Overhead Pabrik : 6.000 Kg x 50% x Rp 15 = 45.000
165.000 +
Jumlah Biaya Produksi Kumulatif Departemen B Bulan Januari 2009 1.125.000


TUGAS
PT. Andika mengolah produknya melalui dua departemen produksi. Data produksi Bulan Januari 2004 terlihat seperti di bawah ini :
Departemen A Departemen B
Masuk dalam proses produksi 40.000 Kg
Produk Jadi ditransfer ke Departemen B 30.000 Kg
Produk Jadi ditransfer ke Gudang 25.000 Kg
Produk dalam proses akhir 10.000 Kg 5.000 Kg
Tingkat Penyelesaian Produk dalam proses akhir
Biaya Bahan Baku 100 % -
Biaya Konversi 75 % 50 %

Biaya yang telah dikeluarkan selama bulan Januari 2004 adalah
Biaya Bahan Baku 20.000.000 0
Biaya Tenaga Kerja 22.500.000 20.625.000
Biaya Overhead Pabrik 28.125.000 27.500.000

DIMINTA :
• Jurnal Penggunaan Biaya-Biaya Produksi Departemen A & B
• Jurnal Persediaan Produk Jadi ditransfer ke Departemen B dan ke Gudang
• Jurnal Persediaan Produk Dalam Proses Akhir
• Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 2004 Departemen A & B

Pengaruh Produk yang Hilang di Awal Proses terhadap Perhitungan Harga Pokok Produk Per Satuan

Dalam proses produksi tidak semua produk yang diolah dapat menjadi produk yang baik yang memenuhi standar mutu. Produk hilang dapat terjadi di awal proses, bila produk hilang di awal proses dianggap belum menyerap biaya produksi dalam departemen yang bersangkutan sehingga tidak diikut sertakan dalam perhitung unit ekuivalen.

Contoh
PT. Saffa mengolah produknya melalui dua departemen produksi. Data produksi Bulan Januari 2007 terlihat seperti di bawah ini:
Departemen A Departemen B
Masuk dalam proses produksi 1.000 Kg
Produk Jadi ditransfer ke Departemen B 700 Kg
Produk Jadi ditransfer ke Gudang 400 Kg
Produk dalam proses akhir 200 Kg 100 Kg
Produk hilang di Awal Proses 100 Kg 200 Kg
Tingkat Penyelesaian Produk dalam proses akhir
Biaya Bahan Baku 100 % -
Biaya Bahan Penolong 100 % 60 %
Biaya Konversi 40 % 50 %

Biaya yang telah dikeluarkan selama bulan Januari 2004 adalah
Biaya Bahan Baku 22.500 0
Biaya Bahan Penolong 26.100 16.100
Biaya Tenaga Kerja 35.100 22.500
Biaya Overhead Pabrik 46.800 24.750

DIMINTA : Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 2007 Departemen A & B

JAWAB
Perhitungan Departemen A
Unsur Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HP Produksi/Satuan
Biaya Bahan Baku 22.500 700 + (100% x 200 ) = 900 25
Biaya Bahan Penolong 26.100 700 + (100% x 200 ) = 900 29
Biaya Tenaga Kerja 35.100 700 + ( 40% x 200 ) = 780 45
Biaya Overhead Pabrik 46.800 700 + ( 40% x 200 ) = 780 60
TOTAL 130.500 159

Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke Departemen B
700 Kg x Rp 159 = 111.300
Harga Pokok Produk dalam Proses Akhir
Biaya Bahan Baku : 200 Kg x 100% x Rp 25 = 5.000
Biaya Bahan Penolong : 200 Kg x 100% x Rp 29 = 5.800
Biaya Tenaga Kerja : 200 Kg x 40% x Rp 45 = 3.600
Biaya Overhead Pabrik : 200 Kg x 40% x Rp 60 = 4.800
19.200 +
Jumlah Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 2007 130.500

PT. SAFFA
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN A BULAN JANUARI 2007
DATA PRODUKSI
Masuk dalam proses produksi 1.000 Kg
Produk Jadi ditransfer ke Departemen B 700 Kg
Produk dalam proses akhir 200 Kg
Produk hilang di Awal proses 100 Kg
1.000 Kg

BIAYA YANG DIBEBANKAN BULAN JANUARI 2007
Total Per Kg
Biaya Bahan Baku 22.500 25
Biaya Bahan Penolong 26.100 29
Biaya Tenaga Kerja 35.100 45
Biaya Overhead Pabrik 46.800 60
130.500 159
PERHITUNGAN BIAYA
Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke Departemen B
700 Kg x Rp 159 = 111.300
Harga Pokok Produk dalam Proses Akhir
Biaya Bahan Baku : 200 Kg x 100% x Rp 25 = 5.000
Biaya Bahan Penolong : 200 Kg x 100% x Rp 29 = 5.800
Biaya Tenaga Kerja : 200 Kg x 40% x Rp 45 = 3.600
Biaya Overhead Pabrik : 200 Kg x 40% x Rp 60 = 4.800
19.200 +
Jumlah Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 2007 130.500

Perhitungan Departemen B
Harga Pokok Produksi / Satuan dari dept A : 111.300 : 700 = Rp 159,0
Harga Pokok Produksi / Satuan dari dept A
Disesuaikan setelah hilang di Awal Proses (200) 111.300 : (700 – 200) = Rp 222,6
Penyesuaian Produk / satuan dari Dept . A Rp 63.6

Unsur Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HP Produksi/Satuan
Biaya Bahan Penolong 16.100 400 + (60% x 100 ) = 460 35
Biaya Tenaga Kerja 22.500 400 + (50% x 100 ) = 450 50
Biaya Overhead Pabrik 24.750 400 + (50% x 100 ) = 450 55
TOTAL 63.350 140
Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke Gudang
Harga Pokok dari Dept. A : 400 Kg x Rp 222,6 = 89.040
Biaya yg ditambahkan di Dept B : 400 Kg x Rp 140 = 56.000
Total Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke Gudang 145.040

Harga Pokok Produk dalam Proses Akhir
Harga Pokok dari dept A : 100 Kg x Rp 222,6 = 22.260
Biaya Bahan Penolong : 100 Kg x 60% x Rp 35 = 2.100
Biaya Tenaga Kerja : 100 Kg x 50% x Rp 50 = 2.500
Biaya Overhead Pabrik : 100 Kg x 50% x Rp 55 = 2.750
29.610 +
Jumlah Biaya Produksi Kumulatif Departemen B Bulan Januari 2007 174.650

PT. SAFFA
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN B BULAN JANUARI 2007
DATA PRODUKSI
Jumlah Produk yang diterima dari Dept A 700 Kg
Produk Jadi ditransfer ke Gudang 400 Kg
Produk dalam proses akhir 100 Kg
Produk hilang di Awal proses 200 Kg
700 Kg

BIAYA YANG DIBEBANKAN BULAN JANUARI 2007
Total Per Kg
Harga Pokok dari Dept A (700 Kg) 111.300 159,0
Penyesuaian / satuan hilang di Awal (200 Kg) 63.6
111.300 222,6

Biaya yang ditambahkan di Dept B
Biaya Bahan Penolong 16.100 35
Biaya Tenaga Kerja 22.500 50
Biaya Overhead Pabrik 24.750 55
63.350 140,0
174.650 362.6

PERHITUNGAN BIAYA
Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke Gudang
Harga Pokok dari dept A : 24.000 Kg x Rp 15 = 360.000
Biaya yg ditambahkan di Dept B : 24.000 Kg x Rp 25 = 600.000
Total Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke Gudang 960.000

Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke Gudang
Harga Pokok dari Dept. A : 400 Kg x Rp 222,6 = 89.040
Biaya yg ditambahkan di Dept B : 400 Kg x Rp 140 = 56.000
Total Harga Pokok Produk Jadi ditransfer ke Gudang 145.040

Harga Pokok Produk dalam Proses Akhir
Harga Pokok dari dept A : 100 Kg x Rp 222,6 = 22.260
Biaya Bahan Penolong : 100 Kg x 60% x Rp 35 = 2.100
Biaya Tenaga Kerja : 100 Kg x 50% x Rp 50 = 2.500
Biaya Overhead Pabrik : 100 Kg x 50% x Rp 55 = 2.750
29.610 +
Jumlah Biaya Produksi Kumulatif Departemen B Bulan Januari 2007 174.650

SOAL LATIHAN
PT. Andika mengolah produknya melalui dua departemen produksi. Data produksi Bulan Januari 2004 terlihat seperti di bawah ini :
Departemen A Departemen B
Masuk dalam proses produksi 40.000 Kg
Produk Jadi ditransfer ke Departemen B 30.000 Kg
Produk Jadi ditransfer ke Gudang 25.000 Kg
Produk dalam proses akhir 9.000 Kg 4.500 Kg
Produk Hilang di Awal Proses 1.000 Kg 500 Kg
Tingkat Penyelesaian Produk dalam proses akhir
Biaya Bahan Baku 100 % -
Biaya Konversi 75 % 50 %

Biaya yang telah dikeluarkan selama bulan Januari 2004 adalah
Biaya Bahan Baku 20.000.000 0
Biaya Tenaga Kerja 22.500.000 20.625.000
Biaya Overhead Pabrik 28.125.000 27.500.000

DIMINTA :Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 2004 Departemen A & B

PRODUK BERSAMA & SAMPINGAN
Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

Biaya Bersama
Biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun proses/massa.

Biaya Produk Bersama (Joint Product Cost)
Biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya, biaya produk bersama terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

Biaya Bergabung
Biaya-biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk yang terpisah (tidak diolah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan

Karakteristik Produk Bersama, Produk Sampimgan dan Produk Sekutu
a. Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan produksi.
b. Harga jual produk utama atau sekutu relatif tinggi dibandingkan dengan produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.
c. Produsen tidak dapat menghindarkan diri untuk memproduksi semua jenis produk bersama.

Contoh :
Perusahaan daging kalengan, setiap kali memotong sapi akan dihasilkan daging, kulit dan lemak.

Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut dijual pada saat terpisah dari produk utama :
a. Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b. Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah terpisah dari produk utama.

Akuntansi Produk Bersama

Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama dengan menggunakan metoda :
a. Metoda Nilai Jual Relatif
Metoda ini banyak dipakai untuk mengalokasikan biaya bersama pada produk bersama, dalam metoda ini, jika salah satu produk mempunyai harga jual yang lebih tinggi karena biaya yang dikeluarkan untuk produk ini juga lebih tinggi.

Contoh 1 :
Biaya bersama yang dikeluarkan oleh PT. Saffa selama satu periode akuntansi berjumlah Rp 750.000. Jumlah dan harga jual per satuan produk yang dihasilkan perusahaan sbb :
Produk Bersama Jumlah yg dihasilkan Harga Jual per Kg Nilai Jual Nilai Jual Relatif Alokasi Biaya Bersama HP Produk Bersama/Kg
1 2 3 4 5 = 4 : 1jt 6 = 5 x 750.000 7
A 15.000 10.0 150.000 15% 112.500 7,50
B 20.000 17,5 350.000 35% 262.500 13,13
C 25.000 12,0 300.000 30% 225.000 9,00
D 10.000 20,0 200.000 20% 150.000 15,00
70.000 1.000.000 100% 750.000

Contoh 2
Dari data diatas, misalnya jumlah satuan produk yang, dijual selama periode akuntansi berjumlah sbb :
Produk
Satuan yang Terjual A B C D Jumlah
Satuan yang terjual 10.000 15.000 20.000 8.000 53.000
Hasil penjualan 100.000 262.500 Rp240.000 160.000 762.500
Harga pokok penjuaLan 75.000 196.875 180.000 120.000 571.875
Laba bruto 25.000 65.625 Rp60.000 40.000 190.625
% laba bruto dari hasil penjualan 25% 25% 25% 25% 25%

Contoh 3
Misalkan biaya bersama selama satu periode akuntansi berjumlah Rp3.000.000. Produk A setelah terpisah dari produk B memerlukan biaya tambahan (separable cost) sebesar Rp100 per kg. Harga jual per kg dan jumlah produk serta Alokasi biaya bersama yang diproduksi selama periode akuntansi tampak seperti dibawah ini :

Produk
Bersama Harga Bi. Pengolahan Nilai Jual Jml yg 3 x 4 Nil. Jual Alokasi HPP
Jual /Kg Stl Split Off Hitpotesis diproduksi Hip. Relatif Bi. Bersama Per Kg
1 2 3 4 5 6 7 8
A 400 100 300 10.000 3.000.000 66,7 2.000.000 200
B 250 - 250 6.000 1.500.000 33,3 1.000.000 167
4.500.000 100,0 3.000.00

b. Metoda Satuan Fisik
Metode satuan fisik mencoba menentukan harga pokok produk bersama sesuai dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam metode ini biaya bersama dialokasikan kepada produk atas dasar koefisien fisik yaitu kuantitas bahan baku yang terdapat dalam masing-masing produk. Koefisien phisik ini dinyatakan dalam satuan berat, volume, atau ukuran yang lain. Dengan demikian metode ini menghendaki bahwa produk bersama yang dihasilkan harus dapat diukur dengan satuan ukuran pokok yang sama. Jika produk bersama mempunyai satuan ukuran yang berbeda, harus ditentukan koefisien ekuivalensi yang digunakan untuk mengubah berbagai satuan tersebut menjadi satuan ukuran yang sama. Untuk menggambarkan pemakaian metode ini, misalkan 10.000 barrels minyak mentah (crude oil) diolah dalam proses penyulingan (refinery). Hasil produksi pengolahan tersebut setelah dikurangi dengan kerugian sebanyak 200 barrels (akibat susut atau hilang dalam proses) tampak sbb :

Produk Kuantitas (barrels) Persentase
Gasoline 2.600 26,52
Bensin 200 2,04
Kerosin 1 .000 10,21
Minyak pelumas 300 3,06
Minyak bakar 5.000 51 ,03
Gas 300 3,06
Produk-produk lain 400 4,08
Jumlah 9.800 100,00
Jumlah yang hilang dalam proses 200 1 0.000 .

Jika persentase di atas sama dalam setiap proses produksi, maka hal ini dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya bahan baku yang dipakai. Upah langsung dapat juga dialokasikan dengan memakai persentase tersebut, kecuali bila ada metode lain yang lebih teliti. Misalkan selama pengolahan 10.000 barrels minyak mentah tersebut, harga pokok bahan baku yang dipakai berjumlah Rp15.000.000.
Kuantitas (tidak termasuk Alokasi Harga
Jumlah yang hilang Pokok) Bahan Produk
Produk dalam barrels Persentase Baku
Gasoline 2.600 26,52 3.978.000
Bensin 200 2,04 306.000
Kerosene 1.000 10,21 1.531.500
Minyak pefumas 300 3,06 459.000
Minyak bakar 5.000 51,03 7.645.500
Gas 300 3,06 459.000
Produk-produk Lain 400 4,08 512.000
9.800 100,00 15.000.000
c. Metoda Rata-Rata Biaya per Satuan
Metode Rata-rata Biaya per Satuan. Metode ini hanya dapat digunakan bila produk bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Pada umumnya metode ini digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk yang sama dari satu proses bersama tetapi mutunya berlainan. Dalam metode ini harga pokok masingmasing produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi. Jalan pikiran yang mendasari pemakaian metode ini adalah karena semua produk dihasilkan dari proses yang sama, maka tidak mungkin blaya untuk memproduksi satu satuan produk berbeda satu sama lain.

Contoh 4
Perusahaan penggergajian kayu menghasilkan berbagai macam mutu kayu. Data kegiatan perusahaan selama satu periode akuntansi adalah sebagai berikut:
a. Jumlah produksi 762.000 meter3
b. Biaya bersama 22.860.000
c. Rata-rata biaya per 1.000 meter3 Rp30.000 = ( Rp22.860.000 : 762)
Rata-rata biaya per 1 .000 meter3 digunakan untuk menghitung harga pokok berbagai macam kayu yang mempunyai mutu yang berbeda-beda sesuai dengan proporsi kuantitasnya masing-masing sbb :

Kuantitas yang Rata-rata Biaya Harga Pokok
Mutu Kayu Diproduksi per 1.000 meter3 Produk
Utama 76,200 m3 30.000 2.286.000
No.1 381 .000 m3 30.000 11 .430.000
No.2 152.400 m3 30.000 4.572.000
No.3 152.400 m3 30.000 4.572.000
Jumlah 762.000 m3 22.860.000


d. Metoda Rata-Rata Tertimbang
Metode Rata-rata Tertimbang. Jika dalam metode rata-rata blaya per satuan dasar yang dipakai dalam mengalokasikan biaya bersama adalah kuantitas produksi, maka dalam metode rata-rata tertimbang kuantitas produksi ini dikalikan dulu dengan angka penimbang dan hasil kalinya baru dipakai sebagai dasar alokasi. Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap produk didasarkan pada jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu yang dikonsumsi, dan pembedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk tiap jenis produk yang dihasilkan. Jika yang dipakai sebagai angka penimbang adalah harga ju~l produk maka metode alokasinya disebut metode nilai jual relatif.

Contoh 5
Biaya bersama yang dikeluarkan selama satu periode akuntansi berjumlah Rp64.500.000. Jumlah produk yang dihasilkan dan angka penimbang tiap produk sbb :

Jumlah yang Angka
Produk Diproduksi Penimbang Alokasi Biaya Bersama
1 2 3 4 =2 x 3 5 = 3 : 215.000 x64.500
A 40.000 3 120.000 36.000.000
B 35.000 2 70.000 21 .000.000
C 25.000 1 25.000 7.500.000
215.000 64.500.000

Biaya Bersama dan Keputusan Manajemen

Berbagai metode alokasi biaya bersama kepada berbagai macam produk bersama, jelas tampak bahwa dasar yang dipakai untuk alokasi tidak menggambarkan aliran biaya bersama tersebut ke dalam tiap-tiap jenis produk. Tujuan alokasi biaya bersama adalah untuk penghitungan laba, agar supaya dapat diketahui berapa kontribusi masingmasing produk bersama terhadap seluruh laba yang diperoleh perusahaan. Harga pokok tiap-tiap produk bersama yang didapat dari proses alokasi tidak bermanfaat bagi manajemen dalam pengambilan keputusan, bahkan seringkali menyesatkan.

Contoh 6
Perusahaan A misalnya memproduksi dua jenis produk: A dan B, dari satu proses produksi. Biaya bersama sebesar Rp375.000 telah dialokasikan kepada produk A dan B dengan metode rata-rata biaya per satuan, dan tampak sbb :

Produk Jml Satuan Produk Biaya Rata-Rata / Kg Alokasi Biaya Bersama
A 15.000 15 225.000
B 10.000 15 150.000
25.000 375.000
Jika semua produk yang dihasilkan tersebut terjual habis dengan harga: produk A Rp16,50 per kg dan produk B Rp14,50 per kg, maka perhitungan rugi laba sbb :

Produk A Produk B Jumlah
Hasil penjualan 247.500 145.000 392.500
Harga pokok penjualan 225.000 150.000 375.000
Laba (rugi) 22.500 ( 5.000) 1 7.500

Apabila manajemen melihat perhitungan tersebut di atas dan salah dalam melakukan analisis, maka ia akan beranggapan bahwa produk B berhubung mengakibatkan kerugian Rp5.000 tidak usah dilanjutkan produksinya. Padahal dalam pengolahan produk bersama, pada umumnya salah satu jenis produk tidak dapat dlhindarl produkslnya. Jadi misalnya karena produk B menghasilkan rugi Rp5.000, dan kemudian tidak usah di jual, maka kerugian perusahaan tersebut menjadi sebesar Rp27.500 (Rp247.500 - Rp375.000), karena proses produksi tetap menghasilkan jenis produk B. Seharusnya dalam hal ini manajemen melihat berapa kontribusi produk B dalam menghasilkan' laba perusahaan. Produk B memberikan kontribusi Rpt 45.000 kepada laba perusahaan sehingga total biaya bersama Rp375.000 dapat ditutup dan menghasilkan laba perusahaan secara keseluruhan sebesar Rp17.500.

Akuntansi Produk Sampingan

Dalam produk sampingan, titik berat pembahasannya adalah bagaimana memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut. Alokasi biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama. Meskipun demikian ada beberapa metode untuk mengalokasikan biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan. Metode akuntansi yang digunakan untuk memperiakukan produk sampingan dapat dibagi menjadi dua golongan:
1. Metode-metode yang tidak mencoba menghitung harga pokok produk sampingan atau persediaannya, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pendapatan atau pengurang biaya produksi. Metode ini biasa disebut metode-metode tanpa harga pokok (non-cost methods).
2. Metode-tnetode yang mencoba mengalokasikan sebagian biaya bersama kepada produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk atas dasar biaya yang dialokasikan tersebut. Metode-metode ini dikenal dengan nama metode-metode harga pokok (cost methods).

Metode-metode Tanpa Harga Pokok

Berikut ini diuraikan beberapa metode perlakuan terhadap pendapatan penjualan produk sampingan.

1. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penghasilan di luar usaha.
Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan sebagai Penghasilan di Luar Usaha. Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk sampingan dikurangi dengan penjualan returnya dicatat dalam rekening "Pendapatan Penjualan Produk Sampingan" dan pada akhir periode akuntansi ditutup ke rekening Rugi Laba. Rekening Pendapatan Penjualan Produk Sampingan di cantumkan dalam laporan rugi laba dalam kelompok penghasilan di luar usaha (other income).

Metode ini tidak mencoba menentukan harga pokok produk sampingan. Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang:
a. Nilai produk sampingannya tidak begitu penting atau tidak dapat ditentukan.
b. Penggunaan metode yang lebih teliti memerlukan biaya yang tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
c. Saat terpisahnya produk sampirigan dari produk utama tidak begitu jelas dan pembebanan harga pokok produk sampingan kepada produk utama tidak mengakibatkan perbedaan yang mencolok pada harga pokok produk utama.

Keberatan penggunaan metode ini adalah:
a Apabila pada akhir periode akuntansi terdapat persediaan produk sampingan, maka timbul masalah penilaian persediaan untuk tujuan pembuatan neraca perusahaan. Pada umumnya terhadap persediaan akhir produk sampingan tidak diadakan penilaian sehingga hal ini mengakibatkan harga pokok persediaan produk utama lebih besar. Bila metode ini digunakan maka nilai pasar persediaan produk sampingan tersebut harus dilaporkan dalam neraca sebagai catatan kaki.
b: Dapat mengakibatkan penandingan pendapatan dengan biaya tidak dalam periode yang tepat. Pada saat produk sampingan selesai diproduksi tidak dibuat jurnal pencatatan dan pencatatan baru dilakukan pada saat dijual. Apabila produksinya tidak dilakukan dalam periode akuntansi yang sama dengan saat terjadinya penjualan, maka akan mengakibatkan penghitungan penghasilan dan biaya yang tidak tepat.
c. Tidak adanya pengawasan terhadap persediaan produk sampingan, sehingga hal ini membuka kesempatan untuk terjadinya penggelapan terhadap produk sampingan tersebut.
d Meskipun' nilai jual produk samplngan kecil, tetapi kalau pendapatan penjualannya dilaporkan sebagai penghasilan di luar usaha, maka hal ini akan menga burkan gambaran menyeluruh tentang hasil usaha perusahaan.
Contoh 7
Bentuk laporan rugi laba perusahaan yang menghasilkan produk utama dan produk sampingan, yang pendapatan penjualan produk sampingannya diperlakukan sebagai penghasilan di luar usaha disajikan sbb :

Pendapatan penjualan produk utama (25.000 unit @ Rp4) 100.000
Harga pokok penjualan:
Biaya produksi bersama (30.000 unit @ Rp2) 60.000
Harga pokok persediaan akhir (5.000 unit @ Rp2) 10.000 -
50.000 -
Laba bruto 50.000
Biaya usaha 20.000
Biaya pemasaran 10.000 +
Biaya administrasi dan umum 30.000 -
Laba bersih usaha 20.000
Penghasllan di luar usaha:
Pendapatan penjualan produk sampingan 4.000 +
Laba bersih sebelum PPh 24.000

2. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan pendapatan penjualan produk utama.

Semua biaya produksi dikurangkan dari pendapatan penjualan semua produk (baik produk utama maupun sampingan) untuk mendapatkan laba bruto. Dalam metode ini tidak diadakan alokasi biaya bersama seperti halnya dengan metode pertama. Dari contoh di muka, pendapatan penjualan produk sampingan sebesar Rp4.000 dicantumkan dalam laporan rugi laba di bawah pos pendapatan penjualan produk utama, sehingga pendapatan penjualan semua produk berjumlah Rp104.000.
Pendapatan penjualan produk 104.000
Harga pokok penjualan:
Biaya produksi bersama (30.000 unit @ Rp2) 60.000
Harga pokok persediaan akhir (5.000 unit @ Rp2) 10.000 -
50.000 -
Laba bruto 54.000
Biaya usaha 20.000
Biaya pemasaran 10.000 +
Biaya administrasi dan umum 30.000 -
Laba bersih usaha 24.000

3. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan.

Dalam metoda ini penjualan produk sampingan sebagai pengurang harga pokok penjualan sehingga laba bruto menjadi 54.000

Pandapatan penjualan produk 104.000
Harga pokok penjualan:
Biaya produksi bersama (30.000 unit @ Rp2) 60.000
Penjualan Produk Sampingan 4.000 -
Biaya Bersih produk utama 56.000 -
Harga pokok persediaan akhir (5.000 unit @ Rp2) 10.000
46.000 -
Laba bruto 54.000
Biaya usaha 20.000
Biaya pemasaran 10.000 +
Biaya administrasi dan umum 30.000 -
Laba bersih usaha 24.000
4. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang total biaya produksi
Pendapatan penjualan produk sampingan sebesar Rp 4.000 dikurangkan dari total biaya produksi Rp 60.000 sehingga biaya produksi turun menjadi 56.000 yang menyebabkan biaya produksi per satuam turun menjadi Rp 1,87 (Rp 56.000 : 30.000) dan Persediaan Produk Akhir turun menjadi Rp 9.350
Pandapatan penjualan produk 104.000
Harga pokok penjualan:
Biaya produksi bersama (30.000 unit @ Rp2) 60.000
Penjualan Produk Sampingan 4.000 -
Biaya Bersih produk utama 56.000 -
Harga pokok persediaan akhir (5.000 unit @ Rp 1,87) 9.350
46.650 -
Laba bruto 54.350
Biaya usaha 20.000
Biaya pemasaran 10.000 +
Biaya administrasi dan umum 30.000 -
Laba bersih usaha 23.350


Pendapatan penjualan produk sampingan yang ditambahkan pada pendapatan penjualan produk utama atau yang dicantumlan sebagai pemdapatan lain-lain atau yang dikurangkari dari harga pokok penjualan atau yang dikurangkan dari total biaya produksi adalah pendapatan penjualan produk sampingan setelah dikurangi dengan biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum produk sampingan tersebut setelah terpisah dari produk utama.

Contoh 8
Misalkan biaya administrasi dan umum serta biaya pemasaran yang berhubungan dengan produk sampingan dalam contoh tersebut di atas ditaksir sebesar Rp500 dan apabila pendapatan penjualan bersih produk sampingan ini dikurangkan dari total biaya produksi, maka laporan rugi laba tampak sbb :

Pendapatan penjualan produk utama:(25.000 unit @ Rp4) 100.000
Harga pokok penjualan:
Biaya produksi bersama: (30.000 unit @ Rp2) 60.000
Dikurangi :Pendapatan penjualan produk sampingan 4.000
Biaya pemasaran, adm. & umum (taksiran ) 500 -
3.500 -
Biaya produksi bersih produk utama 56.500
Dikurangi harga pokok persediaan akhir produk utama
5.000 x Rp1,88* 9.400 -
47.100 -
Laba bruto 52.900
Biaya-biaya usaha:
Biaya administrasi dan umum 29.500 -
Laba bersih usaha 23.400

*Rp56.500 : 30.000 = Rp1,88

Karena ada sebagian biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum yang dibebankan kepada produk sampingan sebesar Rp500, maka jumlah biaya-biaya tersebut yang semula Rp30.000 dalam laporan rugi laba di atas tinggal Rp29.500 (Rp30.000 - Rp500).



5. Metode Nilal Pasar atau Reversal Cost Method

Metode perlakuan produk sampingan ini pada dasarnya sama dengan metode terakhir yang telah dibicarakan di atas. Ada perbedaan sedikit di antara keduanya, yaitu kalau pada metode terakhir yang dikurangkan dari total biaya produksi adalah pendapatan penjualan sesungguhnya produk sampingan, sedangkan pada metode nilai pasar ini yang dikurangkan adalah taksiran nilai pasar produk sampingan. Metode ini mencoba menaksir biaya produk sampingan dengan titik tolak dari nilai pasarnya. Biaya produk sampingan dihitung seperti di bawah ini :
Nilai pasar produk sampingan Rp xxx
Taksiran biaya pemasaran produk sampingan Rp xxx
Taksiran biaya administrasi & umum produk sampingan Rp xxx
Taksiran biaya pengolahan setelah saat terpisah Rp xxx
Taksiran laba bruto Rp xxx +
Taksiran biaya produk sampingan pada saat terpisah Rp xxx +
Taksiran Biaya Produk Sampingan pada Saat Terpisah Rp xxx

Taksiran biaya produk sampingan pada saat terpisah ini kemudian dikurangkan dari biaya bersama untuk mendapatkan biaya produk utama. .

Contoh 9
Biaya bersama yang dikeluarkan untuk memproduksi 40.000 kg produk utama dan 5.000 kg produk sampingan berjumlah Rp6.400.000. Setelah terpisah dari produk sampingan, produk utama dapat laku dijual tanpa harus mengalami pengolahan lebih lanjut. Nilai pasar produk sampingan Rp80 per kg. Biaya pemasaran produk sampingan ditaksir 5% dari harga jual dan. (aba bruto ditaksir 15% dari harga jualnya. Biayabiaya pengolahan produk sampingan yang dikeluarkan setelah produk sampingan terpisah dari produk utama diperkirakan berjumlah Rp70.000.

Penghitungan harga pokok produk utama dan produk sampingan sbb :

Produk utama Produk sampingan
Biaya bersama 6.400.000
Taksiran pendapatan penjualan produk
sampingan 500 kg x Rp 80 400.000
Taksiran laba bruto 15% x Rp400.000 60.000
Taksiran biaya pemasaran 5% x hasil ponjualan 20.000
Biaya pengolahan produk sampingan saat terpisah 70.000 +
150.000 -
Taksiran biaya produk sampingan pada saat terpisah 250.000

Taksiran biaya tambahan setelah produk sampingan dgn Produk Utama 70.000 +
Harga pokok produk sampingan : 320.000

Nilai produk sampingan yang harus dikurangkan dari biaya bersama
(taksiran biaya produk sampingan pada saat terpisah) 250.000
Harga pokok produk utama 6.150.000
Harga pokok produk utama per satuan 6.150.000 : 40.000 kg 153,75 /kg
Harga pokok produk sampingan per satuan Rp320.000 : 5.000 kg 64 /Kg


Metode Harga Pokok

Metode Biaya Pengganti (Replacement Cost Method)
Metode ini biasanya digunakan dalam perusahaan yang produk sampingannya dipakai dalam pabrik sebagai bahan baku atau bahan penolong. Harga pokok yang diperhitungkan dalam produk sampingan adalah sebesar harga beli atau biaya pengganti (replacement cost) yang berlaku di pasar. Jumlah ini kemudian dikreditkan pada rekening Barang dalam ~Proses-Biaya Bahan Baku, sehingga mengurangi biaya produksi produk utama. Pengurangan biaya produksi produk utama ini akan mengakibatkan harga pokok per satuan persediaan produk utama menjadi tebih rendah.
Contoh 10
Misalkan diketahui data berikut ini:
Jumlah biaya produksi untuk 18.000 kg produk utama 27.000
Pendapatan penjualan produk utama: 15:000 x Rp3,00 45.000
Biaya pengganti produk sampingan yang digunakan dalam
pengolahan produk utama 1.800
Biaya pemasaran dan administrasi & umum 4.000
Persediaan akhir produk utama 3.000 kg
Laporan Rugi-Laba akan tampak sbb :

Pendapatan penjualan produk utama 45.000
Harga pokok penjualan :
Biaya produksi 18.000 x Rp1,50 27.000
Dikurangi: Biaya pengganti produk sampingan 1.800
25.200
Dikurangi: persediaan.akhir 3.000 kg x Rp1,40 * 4.200
21.000 -
Laba bruto 24.000
Biaya pemasaran dan administrasi & umum 4.000 -
Laba bersih sebelum PPh 20.000

* Rp25.200 : 18.000 = Rp1,40


Contoh 1 :
PT. Isabel melakukan satu proses produksi yang menghasilkan tiga produk yang berbeda P, R, dan T. Alokasi biaya yang khusus tidak mungkin dilakukan untuk produk-produk tsb. Pada titik pemisahan (The Split off Point) perusahaan dapat menjual produk P dengan harga Rp 450, produk R dengan harga Rp 275 dan produk T dengan harga Rp 320 biaya yang dibebankan untuk 75.000 unit yang diproduksi adalah Rp 22.500.000 sebelum pemisahan dan rasio jumlah unit yang diproduksi untuk P,R,& T adalah 2 : 5 : 3

Diminta Alokasi Biaya gabungan terhadap tiga produk utama (Joint Products) dengan menggunakan
a. Metoda nilai pasar (the market value method)
b. Metoda Unit Kuantitatif (thw quantitative unit method)

Jawab
Jumlah produk yang dihasilkan
P 2 X 75.000 unit = 15.000 unit
2 + 5 + 3
R 5 X 75.000 unit = 37.500 unit
2 + 5 + 3
T 3 X 75.000 unit = 22.500 unit
2 + 5 + 3

Total Nilai Pasar / Produk
P Rp 450 x 15.000 unit = 6.750.000
R Rp 275 x 37.500 unit = 10.312.500
T Rp 320 x 22.500 unit = 7.200.000
TOTAL 24.262.500
a. Metoda nilai pasar (the market value method)
Total nilai pasar masing-masing produk
Alokasi Bi. Gabungan/Produk =------------------------------------------------- x biaya gabungan
Total Nilai Pasar semua produk
6.750.000
P = --------------- x Rp 22.500.000 = Rp 6.259.660
24.262.500
10.312.000
R = --------------- x Rp 22.500.000 = Rp 9.563.369
24.262.500
7.200.000
T = --------------- x Rp 22.500.000 = Rp 6.676.971
24.262.500 -------------------
Rp 22.500.000
==========
b. Metoda Unit Kuantitatif (the quantitative unit method)

Total Unit pasar masing-masing produk
Alokasi Bi. gabungan/Produk =------------------------------------------------- x biaya gabungan
Total unit semua produk

15.000
P = --------------- x Rp 22.500.000 = Rp 4.500.000
75.000
37.500
R = --------------- x Rp 22.500.000 = Rp 11.250.000
75.000
22.500
T = --------------- x Rp 22.500.000 = Rp 6.750.000
75.000 ------------------
Rp 22.500.000
==========

Contoh 2 :
PT. Andika memproduksi tiga produk yang berbeda A, B, dan C serta satu produk sampingan X dari proses pembersihan. Titik pemisahan terjadi pada akhir proses. Produk A dan B tidak dapat dijual pada titik pemisahan dan harus diproses lanjut. Biaya utama dialokasikan menggunakan metoda nilai pasar/jual dengan produk sampingan (By-Product) diperhitungkan dengan menggunakan The Reversal Method. Data produksi disajikan seperti di bawah ini :


Unsur Biaya Jumlah
Bahan Baku Rp 5.000.000
Tenaga Kerja Rp. 2.000.000
Overhead Pabrik Rp. 1.000.000
Total Rp. 8.000.000

Produk yang dihasilkan Unit
Produk A 20.000
Produk B 20.000
Produk C 15.000
Produk Sampingan X 11.250



Biaya Setelah Pemisahan Jumlah
Produk B Rp. 300.000
Produk C Rp. 200.000
Produk Sampingan X Rp. 100.000

Harga Jual Produk Utama / Unit
Produk A Rp. 175 stl split off
Produk B Rp. 250 stl split off
Produk C Rp. 300 sbl split off

Penghasilan Taksiran dari produk sampingan X Rp. 1.200.000
Laba kotor taksiran atas produk sampingan X 15%
Biaya Adm & Umum dari produk sampingan X Rp 120.000

Diminta :
a. Hitung nilai dari produk sampingan X yang seharusnya dikredit ke biaya produksi produk utama
b. Alokasi total Biaya gabungan ketiga produk utama
c. Hitung total biaya dan biaya / unit untuk produk utama dan produk sampingan X

Jawab
a. Nilai dari produk sampingan X yang seharusnya dikredit ke biaya produksi produk utama

Keterangan Produk sampingan X Produk Utama
Biaya pengolahan sebelum pemisahan 8.000.000
Penjualan Taksiran produk sampingan X 1.200.000
Laba Kotor Taksiran dr produk sampingan X
15% x Rp 1.200.000 180.000
Biaya Adm & Umum produk sampingan X 120.000 +
300.000 -
900.000
Biaya produksi setelah pemisahan produk sampingan X 100.000 -
Jumlah yang dikredit ke Produk Utama 800.000 -
Biaya bersih utk menghasilkan produk utama 7.200.000
Jadi nilai produk sampingan X yang dikreditkan / dikurangkan ke Biaya Produk Utama adalah Rp. 800.000,-

Distribusi Biaya Bersih ke Produk Utama

3.200.000
A = ( --------------- x Rp 7.200.000) + 300.000 = Rp 2.143.200
12.500.000
4.800.000
B = ( --------------- x Rp 7.200.000) + 200.000 = Rp 2.964.800
12.500.000
4.500.000
C = ( --------------- x Rp 7.200.000) = Rp 2.592.000
12.500.000 -------------------
Rp 7.200.000
b. Alokasi total Biaya gabungan ketiga produk utama

Produk Unit yg dihasilkan Nilai Pasar /Produk Biaya Produksi stl Split Off Total
1 2 3 4 5 = 2 x 3 – 4
A 20.000 X Rp. 175 Rp. 300.000 Rp. 3.200.000
B 20.000 X Rp. 250 Rp. 200.000 Rp. 4.800.000
C 15.000 X Rp. 300 - Rp. 4.500.000
Rp. 12.500.000

c. Total biaya dan biaya / unit untuk produk utama dan produk sampingan X

Keterangan Produk A Produk B Produk C Produk Sampingan X
Biaya sbl Split Off Rp. 800.000
Biaya stl Split Off Rp. 100.000 +
Total Biaya Rp. 2.143.200 Rp. 2.964.800 Rp. 2.592.000 Rp. 900.000
Unit yang dihasilkan 20.000 unit 20.000 unit 15.000 unit 11.250 unit
Biaya / unit Rp. 107,16 Rp. 148,24 Rp. 172,80 Rp. 80 *

* Biaya / Unit = Total Biaya / Unit yg Dihasilkan

PT. Shaira memproduksi tiga produk gabungan X, Y dan Z, karena perbedaan dalam peggunaan tenaga kerja, masing-masing produk tersebut ditimbang atau diberi bahan sebagai berikut X = 5, Y = 8 dan Z = 6

Unsur Biaya Jumlah
Bahan Baku Rp 60.000
Tenaga Kerja Rp. 40.000
Overhead Pabrik Rp. 20.000
Total Rp. 120.000

Produk yang dihasilkan Unit
Produk X 14.000
Produk Y 10.000
Produk Z 15.000
Total 39.000
Diminta :
a. Alokasi total Biaya gabungan dengan menggunakan Metoda Rata-Rata tertimbang
b. Alokasi total Biaya gabungan dengan menggunakan Metoda Biaya per Unit Rata-Rata

Jawab

a. Alokasi total Biaya gabungan dengan menggunakan Metoda Rata-Rata tertimbang

Produk Unit Bobot Unit Tertimbang Biaya/Unit Total Biaya Produksi
X 14.000 x 5 = 70.000 x Rp 0,50 = Rp 35.000
Y 10.000 x 8 = 80.000 x Rp 0,50 = Rp 40.000
Z 15.000 x 6 = 90.000 x Rp 0,50 = Rp 45.000
Total 39.000 240.000 Rp 120.000

Rp 120.000
Biaya Produksi / satuan = --------------- = Rp 0,50
Rp 240.000

b. Alokasi total Biaya gabungan dengan menggunakan Metoda Biaya per Unit Rata-Rata

Rp 120.000
--------------- = Rp 3,08 / unit
39.000
Alokasi Biaya
Produk X = 14.000 x 3,08 = Rp 43.120
Produk Y = 10.000 x 3,08 = Rp 30.800
Produk Z = 15.000 x 3,08 = Rp 46.200 +
Total Rp 120.120  perbedaan karena pembulatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar