Jumat, 04 Februari 2011

PENGENDALIAN STRES

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemilu, Pilpres dan Pilkada dapat membawa berkah maupun sebaliknya dapat menyebabkan pilu, baik bagi rakyat maupun kontestan kandidat legislatif, calon kepala daerah maupun calon presiden dan pasangannya. Stres adalah gejala umum yang menghantui para calon legislatif (caleg) dan mantan calon kepala daerah dan calon wapres maupun cawapres yang gagal terpilih.
Stres pada tingkatan tertentu dapat mengakibatkan kegilaan dan ketidakwarasan. Hal inilah yang mendorong sejumlah rumah sakit jiwa di pusat dan daerah mempersiapkan ruangan baru untuk menampung korban ambisi jabatan dan pertaruhan politik dengan ketidaksiapan mental menghadapi kekalahan sebagaimana diprediksi banyak pengamat.
Mungkin reaksi ataupun antisipasi beberapa rumah sakit jiwa dan para pengamat tersebut terlihat pesimistis, skeptis dan terkesan sinis, namun melihat beberapa pengalaman korban mental kekalahan di beberapa pilkada, bahkan terenggutnya nyawa karena serangan jantung dan bunuh diri akibat kalah pemilu patut mendapatkan perhatian serius dari para kandidat untuk dapat mempersiapkan mental yang kuat dalam menghadapi risiko kekalahan dan gagal terpilih dengan manajemen stres yang baik.
Masalah stress selalu menjadi sebuah topik hangat yang diangkat terutama di tempat kerja, karena keberadaannya dipercaya oleh sebagian besar orang akan mengganggu produktifitas kerja pegawai. Seorang pegawai sering kali menghadapi situasi yang menyulitkan dalam melaksanakan tugasnya. Apabia situasi tersebut tidak dapat ditangani dengan baik, maka masalah yang akan timbul menjadi semakin besar. Hal tersebut akan mengganggu kestabilan emosinya yang kemudian akan menjadi penyebab utama timbulnya stress.
Berbicara tentang stress, maka sejatinya ia merupakan pancaran energi dari seseorang yang tengah bergelut dengannya. Untuk itu, diperlukan jurus jitu agar di kala stress, kita dapat mengubah energi keluarannya menjadi energi yang positif, yang mampu menggiring terbentuknya performansi kerja menjadi lebih optimal dan memberi manfaat bagi sekitar.

B. Perumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini dirumuskan beberapa pokok permasalahan yaitu:
1. Definisi dan gejala stress?
2. Hal apa saja yang jadi penyebab stress?
3. Bagaimana cara pencegahan dan pengendalian stress?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Makalah yang berisi materi mengenai Pengendalian Stress ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah PSRM VI (Ergonomi dan Perencanaan Urusan Rekam Medic).
Selain itu makalah ini juga dapat dijadikan sebagai bahan studi pustaka bagi mahasiswa, khususnya yang berhubungan dengan materi pengendalian stress, sehingga mahasiswa dapat lebih memahami materi yang telah disampaikan oleh dosen.





















BAB II
PENGENDALIAN STRESS
A. Definisi Stress
Definisi sederhana, Stress adalah reaksi tubuh terhadap ancaman atau tantangan yang timbul dari situasi (disebut stressor) yang dapat bersifat positif atau negatif.
Menurut seorang psikolog ternama yaitu Vincent Cornelli, Stress merupakan suatu gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan dan dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu dalam lingkungan tersebut.
Sedangkan menurut Richard Lazarus, secara spesifik stress merupakan gejala psikologis sebagai sebuah hubungan khusus antara seseorang dengan lingkungannya yang dianggap melampaui kemampuan dan membahayakan kebahagiaan dan kepuasannya. Atau singkatnya merupakan gejala yang timbul akibat kesenjangan antara realita dan idealita, antara keinginan dan kenyataan, antara tantangan dan kemampuan, atau antara peluang dan potensi.
Hakikatnya stres merupakan gejala harian yang wajar dan setiap orang pasti mengalaminya dan bukan sesuatu yang harus disembunyikan, tetapi ia tak ubahnya seperti tantangan lainnya yang harus dihadapi dalam hidup. Oleh karena itu stres bukan untuk ditakuti melainkan justru kita harus berani mengatasinya dengan pengelolaan dan pengendalian stres dengan sikap dan mental positif yaitu dihadapi dengan kepala tegak, percaya diri , optimisme solusi, pengendalian, penerimaan, perencanaan, dan dengan bantuan pihak lain jika memang diperlukan.

1. Siklus Hidup Stress
Seperti layaknya manusia, stress tampaknya juga memiliki siklus hidup. Ia lahir, berkembang dan kemudian (dapat/harus) dimatikan, sebelum akhirnya hidup kembali. Dengan begitu dapatlah dikatakan siklus hidup stress persis sama dengan siklus hidup manusia. Sementara, kualitas hubungan antara stress dan manusia dapat dilihat dari siapa yang menjadi objek dan siapa yang menjadi subjek saat keduanya berinteraksi.
Agar seseorang memiliki kualitas hubungan yang baik dengan stress, maka sudah seharusnya manusia-lah yang menjadi subjek dan mengendalikan siklus hidup stress, bukan justru sebaliknya. Menurut sebuah penelitian badan kesehatan di Singapura, dampak negatif stress jika tidak terkelola dengan baik maka akan mengundang penyakit berbahaya bagi nyawa manusia, seperti kanker, Ischaemic Heart Disease (IHD), Stroke, Diabetes Melitus (DM), dan bahkan berakibat kecelakaan dan kematian.

2. Gejala-gejala Stress
Dalam manajemen stres gejala-gejala stres sangat penting pada tahap pertama untuk dapat disadari dan dilakukan identifikasi sedini mungkin sebelum terlambat yaitu dapat kita lakukan dalam daftar periksa.
Pemeriksaan tersebut menurut para psikolog biasanya mencakup aspek yang menimbulkan gajala-gejala stress seperti:
a. Perilaku/tindakan
Menurunnya kegairahan/bete, pemakaian obat penenang, atau minuman penambah vitalitas yang berlebihan, meningkatnya konsumsi kopi, kekerasan atau tindakan agresif pada keluarga atau lainnya, gangguan pada kebiasaan makan, gangguan tidur (insomnia), problem seksual, kecenderungan menyendiri, membolos, tidak waspada.
b. Proses Sikap/Pikiran
Pemikiran irasional dan kesimpulan bodoh, lamban dalam pengambilan keputusan ataupun kesimpulan, kecenderungan lupa dan penurunan daya ingat (amnesia), kesulitan berkonsentrasi, kehilangan perspektif, berfikir vatalis, negatif, apatis, cuek dan serba skeptis, menyalahkan diri, pikiran selalu was-was dan perasaan kacau, bingung, dan putus asa.
c. Emosi/perasaan
Cepat marah dan murung, cemas/takut/panik, emosional dan sentimentil berlebihan, tertawa gelisah, merasa tak berdaya, selalu mengkritik diri sendiri dan orang lain secara berlebihan, pasif, depresi/sedih berkepanjangan atau sangat mendalam dan merasa diabaikan.
d. Fisik/fisiologis
Sakit kepala dan sakit lainnya pada kepala, leher, dada, punggung dan lain-lain, jantung berdebar, diare/konstipasi/gangguan buang air besar, gatal-gatal, nyeri pada rahang dan gigi gemertak, kerongkongan kering, pusing kepala, sering buang air kecil dan perubahan pola makan, badan berkeringat tidak wajar.
Tanda-tanda lain dari stres termasuk berbicara lebih cepat dari biasanya, menggigit satu kuku, mondar-mandir, gelisah, hiperaktif, kemampuan berkurang, dan gemetar. Orang yang mengalami stres kronis akan tampak lelah, gelisah, dan merasa tak terkendali.

B. Faktor-Faktor Penyebab Stress
Stres diketahui merupakan penyebab kedua terbesar sakit di tempat kerja. Lebih dari lima karyawan dari sebuah perusahaan menderita stres yang berujung timbulnya penyakit seperti migrain dan jantung. Olahraga, konsultasi dan pengobatan medis adalah cara yang disarnkan dokter untuk mengobati stres.
Faktor-faktor penyebab stres dapat kita temukan pada sumber-sumber stres yang meliputi pekerjaan, anak-anak, keluarga, kesehatan, keuangan, kesenangan dan kemasyarakatan. Lebih kongkretnya, bidang-bidang kehidupan yang menjadi sumber utama penyebab stres potensial dapat kita deteksi sebagai berikut:

1. Penyebab Stress Secara Umum
Secara umum stress disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Pekerjaan
Faktor pekerjaan biasanya menjadi faktor utama penyebab stress. Penyebab stress dari pekerjaan sperti cenderung tidak punya waktu, an terlalu banyak ataupun sedikit yang harus dilakukan, terlalu banyak tugas dan terlalu sedikit pengendalian, tidak mendapatkan ucapan terima kasih atau dihargai, tidak menyukai atasan, bawahan ataupun rekan kerja, tidak punya cukup keterampilan untuk menyelesaikan pekerjaan, kurang tantangan atau kebanyakan, tidak ada tujuan dari apa yang dilakukan, menyangsikan apakah sesuatu yang dijalani merupakan keinginan, terpaku pada pola perfeksionis yang berlebihan dan kaku.
b. Keluarga
Keluarga merupakan orang terdekat dengan seseorang. Oleh karena itu keluarga juga dapat menjadi faktor penyebab stress sepeerti merasa tidak punya keluarga dekat, merasa terbuang atau tersisihkan dari keluarga, merasa keluarga menyita banyak waktu, terlalu banyak tanggungan keluarga, jarang memiliki suasana kebersamaan keluarga, anggota keluarga sakit, lokasi tinggal tidak ideal, kekerasan mewarnai keluarga, keuangan keluarga memprihatinkan, kekhawatiran terhadap keluarga.
c. Masyarakat/Sosial
Penyebab stress yang ditimbulkan dari masyarakat antara lain tidak cukup banyak teman, kurang bergaul dan sosialisasi, tidak memiliki teman dekat yang dapat dipercaya dan tempat curhat.
d. Karakter personal/kepribadian
Karakter/kepribadian seseorang ternyata bisa juga menjadi penyebab stress seperti tipe selalu gelisah, tertekan, khawatir dan merasa tidak aman/terancam, tidak melatih dan mengelola diri secara teratur, merasa tidak memiliki fisik dan kondisi kejiwaan yang baik, sulit tertawa dan kurang rasa humor, tidak menyukai diri sendiri, kurang keseimbangan diri, cenderung agak sinis, pesimis, dan menginginkan yang terburuk, sulit termotivasi dan sebagainya.



2. Penyebab Stress di Tempat Kerja
Tempat kerja identik dengan berbagai masalah, apalagi kalau sudah dibebani dengan pekerjaan yang berat dan menguras pikiran serta lingkungan kerja yang tidak nyaman baik itu dari segi lokasi maupun kehidupan sosial yang kurang mendukung. Apabila hal tersebut tidak dapat atasi dengan baik, maka akan menimbulkan gangguan psikologis sehingga akan menyebabkan stress yang berkepanjangan.
Secara umum penyebab stress di lingkungan pekerjaan antara lain sebagai berikut:
a. Tidak ada Pengendalian diri
Tidak ada pengendalian diri merupakan penyebab utama stres dalam perkerjaan. Kebanyakan orang mengalami stres karena mereka tidak bisa mengendalikan diri terkait pekerjaan ataupun tugas-tugas di kantor. dalam hal ini, kita harus bisa mengontrol diri kita sendiri, apabila atasan meminta laporan diserahkan pada jam 4, maka usahakan pada jam 1 kita harus sudah punya data-data yang menunjang laporan tersebut. jika data-data yang diperlukan dari pihak lain, dan mereka belum menyerahkan kepada kita, tidak ada salahnya kalau kita pergi untuk memintanya.
b. Tugas yang bertambah banyak
Anda akan menjadi lebih stres apabila mengerjakan lebih banyak tugas, apalagi jika Anda adalah orang yang tidak bisa mengatakan tidak untuk tugas baru dari atasan. ini adalah hal yang lumrah, dimana Anda pasti akan berpikir, jika Anda bisa menyelesaikannya kemungkinan besar Anda akan di promosi. pemikiran ini sah sah saja, tapi harus diingat, porsi kerjaan harus sesuai dengan kemampuan Anda.
c. Kepuasan atas kinerja kerja
Apakah Anda puas dengan kinerja kerja Anda? jika Iya, Anda mungkin tidak akan bisa cepat stress karena pekerjaan ini, tapi jika tidak, maka Anda akan stres karenanya. mengapa? karena Anda akan kuatir dan gelisah apakah Anda sudah menyelesaikan pekerjaan dengan baik atau tidak.
d. Peran Kerja yang tidak pasti
Ini merupakan keadaan dimana Anda tidak pasti akan tugas yang diberikan kepada Anda. Seperti apa ruang lingkup pekerjaan kamu, job scope. Jika Anda harus melakukan suatu kerjaan diluar dari job scope Anda, bisa membuat Anda stress berat.
e. Kurang Komunikasi
Ketegangan didalam pekerjaan banyak disebabkan oleh kurangnya komunikasi. Tidak bisa membicarakan permasalahan Anda, apa yang Anda butuhkan bisa menyebabkan stress.

f. Tidak ada dukungan kerja
Tidak adanya dukungan kerja dari atasan maupun dari rekan kerja akan bisa membuat Anda stress, karena tidak ada orang yang membantu Anda dalam menyelesaikan perkerjaan yang mungkin Anda tidak begitu mengerti.

g. Lingkungan Kerja
Lingkungan Kerja yang tidak nyaman akan membuat seseorang itu menjadi tidak nyaman, frustasi dan akhirnya stress.

C. Pengendalian Stress
Menurut sebuah penelitian dari data faktual menunjukkan hampir mayoritas orang tidak tahu bagaimana menangani stres padahal bila dikelola dengan baik dapat menjadi motivator dan energi hidup, namun stres yang berlebihan juga berpotensi melemahkan yang mana pada tahap tertentu dapat menurunkan efektivitas kekebalan tubuh dan kerentanan terhadap penyakit ringan seperti flu dan infeksi di samping dapat menjadi penyebab tekanan darah tinggi, sakit kepala, diare, gangguan pada pencernaan dan pembuangan serta kelainan dan penyakit lainnya yang sering disebut sebagai gejala Phsycomatis. Kita sendiri sepenuhnya bertanggung jawab terhadap bagaimana stres mempengaruhi diri sebagaimana dimaklumi bahwa jika aspek-aspek kehidupan tidak ditangani dengan manajemen yang baik, maka akan mudah mengalami gejala-gejala stres.

1. Managemen Stress
Untuk dapat mengendalikan stress, tentu harus dipahami dulu gejala bahwa stress ini akan lahir. Gejala tersebut dapat dikenal melalui beberapa hal, di antaranya yaitu dari sisi fisik seperti sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi. Sementara gejala lainnya yaitu dari sisi emosional, yaitu mudah marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, mudah bermusuhan, dan kelesuan mental.
Jika salah satu dari gejala itu sudah ditunjukkan, maka artinya stress telah lahir di tengah-tengah kita. Kemudian apa yang harus dilakukan? Jangan panik. Sambutlah dan kendalikanlah ia! Lalu hal lain yang terpenting adalah jangan pernah menyalahkan diri kita ataupun orang lain dengan adanya stress yang muncul dalam diri kita, karena stress memang alaminya dapat lahir dalam diri siapapun. Setelah lahir, maka ia pun dapat tumbuh sesuai dengan kondisi-kondisi yang kita berikan padanya. Ia akan semakin subur apabila kita tidak dapat mengendalikannya. Sebaliknya dengan mengenalinya, maka ia dapat kita kendalikan bahkan kita “matikan”.
Langkah selanjutnya adalah mendekati dan memahami keilmuan “Manajemen Stress”. Menurut definisinya, i
Menurut Stephen Covey, stress muncul bukan karena beban yang membuat kita menyuburkan stress tersebut, tetapi lamanya kita memikul beban tersebutlah yang membuat intensitas stress meningkat. Dengan demikian menurutnya lagi, jika kita membawa beban itu terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Justru beban itu akan meningkat beratnya. Sehingga yang harus kita lakukan adalah meninggalkan beban itu secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya kembali. Jadi, merujuk pada nasehat Covey ini ada baiknya sebelum kita pulang ke rumah dari pekerjaan di hari ini, tinggalkanlah beban pekerjaan hanya sampai di tempat kerja. Jangan membawa serta pulang pekerjaan ke tempat istirahat kita bersama orang-orang tercinta yang telah menunggu kita di rumah. Beban ini dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada di pundak kita hari ini, sebisa mungkin cobalah tinggalkan sejenak. Setelah cukup beristirahat, maka nantinya dapat kita sambut kembali.


2. Manfaat Pengendalian Stress
Melihat baiknya dampak dari terkendalinya siklus hidup stress pada kehidupan kita, yaitu perbaikan pada kualitas hidup seseorang, maka ilmu Manajemen Stress menjadi ilmu yang wajib dipahami dan dikuasai oleh setiap orang dengan karakter pekerjaan yang sangat rentan dengan stress. Bahkan mungkin saja ilmu ini perlu dituangkan dalam sebuah kamus pocket, yang dapat dibawa setiap waktu oleh setiap orang. Dengan demikian, apa yang terpancarkan dari setiap sejarah kehadiran stress tersebut akan selalu membawa energi positif bagi dirinya serta bagi orang-orang dan lingkungan sekitarnya.
























BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab II, maka dapat disimpulkan bahwa Stress merupakan reaksi tubuh terhadap ancaman atau tantangan yang timbul dari situasi (disebut stressor) yang dapat bersifat positif atau negatif.
Stress disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat kita temukan pada sumber-sumber stres yang meliputi pekerjaan, anak-anak, keluarga, kesehatan, keuangan, kesenangan dan kemasyarakatan. Lebih kongkretnya, bidang-bidang kehidupan yang menjadi sumber utama penyebab stres potensial.
Hal pertama yang harus dilakuakan untuk mengendalikan stress adalah mengidentifikasi dan memahami gejala-gejala stress yang timbul. Apabila gejala stress sudah muncul dalam diri seseorang maka gejala tersebut dapat dikendalikan dengan cara memahami konsep Manajemen Stress dengan mengandalkan kemampuan penggunaan sumber daya (manusia), yaitu diri kita sendiri secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena tanggapan (respon).
B. Saran
Stress sama halnya dengan energy karena tidak dapat diciptakan maupun dihilangkan, namun stress dapat dihindari dan dikendalikan. Oleh sebab itu apabila seseorang sedang mengalami stress, hal yang harus ia lakukan adalah mengendalikan stress tersebut dengan cara mengubah energi keluarannya menjadi energi yang positif, yang mampu menggiring terbentuknya performansi kerja menjadi lebih optimal dan memberi manfaat bagi sekitar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar