Usaha yang positif untuk mempengaruhi/mengarahkan orang lain untuk tetap/lebih bersemangat dalam melakukan tugas atau mengubah tingkah laku mereka.
UNSUR POKOK KEPEMIMPINAN :
- adanya pengikut atau bawahan yang akan menimbulkan tumbuhnya status seorang pemimpin
- adanya distribusi atau pembagian kekuasaan yang tidak seimbang antara pimpinan dengan bawahan
- pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya
SUMBER KEKUATAN PEMIMPIN :
(agar bawahan mau mengikuti perintah dan mau diperintah)
v Legitimate Power, kekuatan/kekuasaan yang berasal dari otoritas atau legalitas formal yang dimiliki. Kekuasaan ini didapat secara hukum dan biasanya berkaitan dengan struktur organisasi/kelompok
v Reward Power, kekuatan/kekuasaan yang berasal dari kewenangan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mengontrol kinerja yang bersifat positif dari bawahan (memberi bonus, promosi jabatan, hadiah)
v Coercive Power, kekuatan/kekuasaan yang berasal dari kewenangan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mengontrol kinerja (denda, skoring, demosi,dll)
Ke-3 kekuasaan (power) di atas disebut position power karena kekuatan atau kekuasaan lebih ditentukan oleh oganisasi berkenaan dengan posisi yang bersangkutan (yang berbeda untuk setiap posisi).
v Referent Power, kekuatan/kekuasaan yang berasal dari kemampuan pemimpin untuk membuat orang lain (bawahan) mau meniru tingkah laku atau gaya yang dia lakukan , tergantung pada kharisma dan seberapa jauh pemimpin dapat dijasikan rujukan.
v Expert Power, kekuatan/kekuasaan yang didasarkan pada pengatahuan dan keahlian (ability & skill) yang dimiliki oleh pemimpin.
Ke-2 sumber kekuasaan diatas disebut personal power karena kekuasaan yang timbul disebabkan/tergantung pada sifat dan tingkah laku pemimpin yang bersangkutan.
FUNGSI LEADER :
- Estabilishing Direction (menetapkan arah)
- Mengembangkan visi
- Mengembangkan strategi ke arah perubahan untuk mencapai visi
- Aligning People (mengarahkan anggota)
- Menciptsksn koslisi yang memahami visi
- Mengembangkan komitmen untuk mencapai visi
- Mengkomunikasikan arah pada orang yang akan bekerja sama
- Motivating and Inspiring
- Menjaga orang agar bergerak ke arah yang benar, sekalipun ada hambatan (motivating)
- Menarik keluar kebutuhan, nilai atau emosi yang belum dimanfaatkan
The Situational Leadership Theory
Dalam pandangan teori yang dikemukakan oleh Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard ini, efektifitas kepemimpinan seseorang sangat erat hubungannya dengan :
ü Tingkat kematangan (maturity bawahan)
ü Kemampuan pemimpin untuk menyesuaikan orientasinya dengan kondisi kematangan bawahan (gaya kepemimpinan)
- Tingkat Kematangan (Maturity Bawahan) adalah kesiapan kerja bawahan yang meliputi :
Ability, menunjukkan kesiapan kerja bawahan yang berkaitan dengan pengetahuan, kemampuan, pengalaman dan keterampilan bawahan dalam menjalankan tugas.
Willingness, merupakan kesiapan psikologis bawahan dalam menjalankan tugas dan berkaitan dengan keyakinan, komitmen, keinginan dan motivasi untuk maju serta kesediaan untuk bertanggung jawab.
Berdasarkan 2 dimensi di atas, kematangan dibagi menjadi :
R1....... kematangan rendah.....unable and unwilling
R2....... kematangan moderate...unable but willing
R3....... kematangan moderate...able but unwilling
R4....... kematangan tinggi.....able and willing
LOW | MODERATE | HIGH | ||
R1 | R2 | R3 | R4 | |
- Gaya kepemimpinan merupakan pola tingkah laku dominan yang dimunculkan individu/pemimpin ketika dia berusaha mempengaruhi bawahannya. Gaya ini dibedakan dalam Task Orientation, Task Behaviour dan Human Orientation.
- Semakin matang bawahan, pemimpin harus mengurangi tingkat struktur tugas/task orientationnya sampai pada tingkat kematangan rata-rata.
- Melampaui tingkat kematangan rata-rata, pemimpin harus mengurangi task orientation dan human orientationnya.
High
|
S3 S2
S4 S1
Low Task High
MATURE IMMATURE
Ø S1 (High Task - Low Relationship) untuk kondisi R1 (taraf kematangan rendah), pemimpin harus memberi instruksi dan mengarahkan bawahan terhadap tugas yang harus diselesaikan secara spesifik melalui komunikasi satu arah (telling:tahap memberi tahu)
Ø S2 (High Task - High Relationship) untuk kondisi R2 (taraf kematangan rendah menuju sedang), pemimpin masih memberikan instruksi dan pengarahan, namun dalam porsi secukupnya. Komunikasi bersifat 2 arah yang diwarnai oleh adanya dukungan dari pimpinan serta ada kesempatan bagi bawahan untuk bertanya atau meminta kejelasan tugas. (selling : tahap menjual)
Ø S3 (Low Task – High Relationship) untuk kondisi R3 (taraf kematangan sedang menuju tinggi), pemimpin hanya bertindak sebagai fasilitator bagi kelancaran tugas bawahan. Keputusan dibuat bersama-sama oleh pemimpin dan bawahan (participating : tahap berpartisipasi)
Ø S4 (Low Task - Low Relationship) untuk kondisi R4 (taraf kematangan tinggi), pemimpin hanya memberikan arahan tentang tujuan umum yang akan dicapai, selebihnya bawahan sendiri yang bertanggung jawab untuk mengambil keputusan (delegating : tahap pendelegasian).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar